Warta SERBA-SERBI TANAH SUCI

Masjid Sab'ah, Duduk Iftirosy para Akhir Sholat Jum'at (5/Habis)

Sen, 1 November 2010 | 02:07 WIB

Madinah, NU Online

Sholat Jum'at pun segera dilaksanakan begitu khotib usai melaksanakan kewajibannya. Kita akan merasa nyaman selama menjalankan sholat, sejak dari bacaan imam yang fasih dan bacaan "bismillah fil fatihah' yang masih terdengan dari baris belakang, meskipun dalam kategori lirih. Hingga tibalah kita pada duduk tasyahud (tahiyat). Tanpa sadar, kita akan merasa seperti ada yang aneh.

Biasanya, kita mengenal dan menjalani cara duduk tahiyyat akhir dalam shalat yang dua raka'at (seperti Sholat Jum'at dan Sholat Subuh) adalah dengan cara tawarruk, yaitu sama seperti duduk tahiyyat akhir dalam shalat empat raka'at. Duduk tawarruk adalah cara duduk dengan menyilangkan kaki kiri melewati bawah paha yang tertekuk.

<>

Para ulama memang berbeda pendapat mengenai hal ini, apakah dalam sholat dua raka’at duduk tahiyatnya iftirasy atau tawarruk?

Namun rupanya di sini, di Masjid sab'ah mayoritas jamaah justru memilih duduk dengan cara iftirasy, yakni cara duduk dengan meletakkan kaki kiri sejajar kaki kanan dibawah paha sebagai alas duduk. Kelebihan cara duduk seperti ini, memang tidak perlu lebih berhimpit di shof yang rapat. Meski tidak benar-benar rapat, namun sejak takbirotul ihkrom shof sudah cukup rapat.

Dan bila pada saat selesai salam kita ingin mengunjungi lokasi masjid-masjid sab'ah yang sesungguhnya, maka kita dapat berjalan-jalan di samping kiri dan kanan masjid baru yang dibangun oleh kerajaan Saudi pada masa Raja Fahd ini. Berjalan-jalan di antara masjid-masjid yang dulunya adalah pos-pos penjagaan, kita akan merasa benar-benar kembali ke zaman Perang Khondaq.

Masjid al-Fath dan Masjid Salman al-Farisi berada di sisi kiri Masjid baru. Sedangkan Masjid Saad bin Muadz telah rata dengan apsal karena telah dijadikan tempat parkir. Walau sama-sama di tempat parkir, Masjid Umar bin KHottob masih utuh. Hingga ke sisi masjid baru sebelah kanan, kita dapat menemui Masjid Abu Bakar. Masjid Ali dan al-A'laa (biasa juga disebut masjid Aisyah) yang pintu masuknya telah ditutup dengan bangunan toko baru.

Jarak antara masjid-masjid di sisi kanan dan sisi kiri Masjid baru adalah sekitar 200 meter. Anda harus memiliki fisik yang kuat bila ingin menggunakan jalan setapak lama untuk mengunjungi masjid-masjid ini. Masjid-masjid dihubungkan oleh jalan setapak bebatuan yang naik turun, sempit tebing batu hitam. Bila hati senang, maka tanpa terasa tiba-tiba kaki pun menjadi pegal-pegal dan punggung berpeluh yang terasa dingin disapu angin.

Kini masjid-masjid di sebelah kanan masjid baru, telah dirawat dan dijadikan taman yang cukup indah. berundak rindang dan memiliki pemandangan bagus. Anda tak perlu khawatir akan sendirian di sini, karena hingga saaat ini masjid-masjid ini masih selalu dikunjungi para peziarah untuk sekedar melaksanakan sholat sunnah di tiap pos khondaq (masjid).

Hanya saja satu catatan perlu Anda ingat agar tidak kaget ketika berziarah. Suasana di dalam masjid-masjid ini berbeda sangat jauh dari masjid baru yang dibangun pemerintah Arab Saudi. Memasuki masjid-masjid ini, serasa kita memasuki pondok pesantren yang cenderung tampak serba lawas. Karpet kuno berdebu dan buku-buku bacaan berserakan di mana-mana. Ventilasi udara pun memang minim. Coretan-coretan dinding beraneka warna memenuhi tembok yang catnya telah pudah. tampak suram dan hanya menunjukkan bahwa pos-pos perang bersejarah ini tidak terawat dengan baik. Wallahu A'lamu bisshowab. (min/selesai/Laporan langsung Syaifullah Amin dari Tanah Suci)