Warta

Masdar: Problem Mendasar Impor Paha Ayam Adalah Soal Pemihakan

Kamis, 6 Oktober 2005 | 12:18 WIB

Bogor, NU Online
Ketua PBNU Drs Masdar F Mas’udi, MA menegaskan, perspektif agama menyikapi problema-problema seperti impor paha ayam yang mengancam para peternak di Indonesia, sebenarnya yang lebih inti dari sekedar kehalalan adalah soal pemihakan.

"Berbicara pemihakan itu adalah soal sistem secara lebih makro dan apa yang kita diskusikan ini sebenarnya adalah soal pemihakan," katanya di Bogor, Kamis petang, di sela-sela diskusi terbuka nasional bertema "Flu Burung di Indonesia dan Ancaman Impor Paha Ayam" yang diadakan "Petani Center" Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (HA-IPB).

<>

Diskusi nasional itu menghadirkan sejumlah narasumber diantaranya mantan Cawapres pasangan Capres M Amien Rais, yakni Siswono Yudhohusudon, mantan Menteri Pertanian, Bungaran Saragih dan wakil-wakil petani-peternak dengan moderator Dirut Lembaga Penyiaran Publik (LPP) RRI, Parni Hadi.

Ia mengemukakan, dalam konteks itu, sebenarnya pemerintah, utamanya bertindak untuk siapa. "Kalau problem pemihakan, sesungguhnya pilihan ideologis yang paling absah dari sudut konstitusi dan ajaran-ajaran agama apapun, sebenarnya pemihakan mesti kepada masyarakat banyak dan terutama bagi yang lemah dan itu yang sebenarnya tidak tampak di dalam kebijakan pemerintah yang kita lihat sekarang ini," katanya.

Misalnya, kata dia, dalam soal problem krisis anggaran, sebenarnya kenaikan bahan bakar minyak (BBM) memang salah satu opsi.

"Tapi, sebenarnya soal krisis anggaran kan menjadi lebih substansial kalau bisa dikatrol dari pemburuan uang-uang yang dikorup, yang kemudian ditaruh di luar negeri. Itu kan jauh lebih besar jumlahnya dan akan sangat signifikan," katanya.

Akan tetapi, menurut dia, terkait dengan kebijakan pemerintah, di satu pihak pemihakannya kurang, yang kedua ada langkah-langkah yang tampaknya lebih mempertimbangkan mana yang lebih gampang dilaksanakan.

"Jadi, cari gampangnya aja. Menaikkan harga kan sesuatu yang sangat gampang, bisa dalam waktu satu jam dan itulah yang terjadi," katanya.

Karena itu, kata dia, pertama krisis soal pemihakan kepada rakyat banyak, dan kedua tekad pemerintah untuk bekerja keras melakukan hal-hal yang memang tidak gampang. "Tapi itu memang sangat mendasar (untuk dilakukan) dan bukan hanya mencari gampangnya saja," tambahnya.

Menjawab pertanyaan apakah soal pemihakan, berarti tidak perlu impor komoditi semacam paha ayam, Masdar F Mas’udi mengatakan bahwa pertama tentu pemihakan  pemerintah harus kepada rakyatnya sendiri.

"Kalau kita punya jajaran petani dan peternak ayam atau peternak lain, sejauh kita bisa mencukupi kebutuhan sendiri, dan kita memang harus dipacu untuk memenuhi kebutuhan sendiri kenapa mesti impor?," katanya.

Ia menegaskan, kalau pilihannya impor, maka sebenarnya yang diuntungkan hanya segelintir orang saja. "Oleh sebab itu, yang paling penting dalam aspek pemihakan ini adalah bagaimana pemerintah sekuat mungkin mendorong kebutuhan-kebutuhan yang sebenarnya bisa dipenuhi oleh budidaya rakyatnya sendiri," katanya.

Menurut dia, upaya itu harus didorong dengan sepenuh kekuatan. "Harus ’all out’ di situ, jangan cari gampangnya lagi, kalau kita kurang ayam ya... tinggal impor," katanya.      "Kalau kurang impor, bagaimana kalau (peternak kita) lebih suplainya, pemerintah tidak mau menjawab, itu kan lagi-lagi menunjukkan bahwa pemerintah cari enaknya, ini persoalan pemihakan dan kerja keras, dan dua-duanya itu memang mengalami krisis yang serius," katanya.(ant/mkf)