Masdar Kembali Serukan ”Islam Damai”
NU Online · Kamis, 3 Juli 2008 | 01:41 WIB
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Masdar Farid Mas’udi kembali menyerukan semua pihak untuk menunjukkan wajah Islam yang damai. Karena belakangan muncul kembali kecenderungan fundamentalisme dalam beragama, yang rajin mempromosikan kekerasan untuk menyalurkan berbagai kepentingannya.
”Sekarang ini kita mesti rajin menyebarkan Islam sebagai agama damai dan rahmatan lil’ alamin. Kita mesti menekankan Islam yang ramah dan beradab di mata peradaban-peradaban yang lain,” kata Masdar ketika memulai orasinya dalam acara Temu Akbar Alumni PMII Cirebon pada 28 Juni 2008 lalu di Hotel Prima Jl. Siliwangi Kota Cirebon.<>
Dilaporkan kontributor NU Online Ali Mursyid, dalam ceramahnya Masdar menyampaikan beberapa pokok pikiran yang terkait perkembangan aktual Islam di Indonesia. Masdar menekankan pentingnya menyosialisasikan Islam rahmatan lil ’alamin, posisi Islam di tengah peradaban dunia, Islam Indonesia yang berpotensi menjadi titik kebangkitan dunia, sampai langkah-langkah solusi untuk kebangkitan kembali kaum muslimin moderat, seperti kaum Nahdiyyin (sebutan untuk warga NU: red).
Terkait Islam rahmatan lil ’alamin, Masdar dengan tegas menyatakan bahwa Islam itu berasal dari kata salam yang artinya damai. ”Dalam hadits sangat jelas, tidak perlu ditafsiri yang macem-macem. Al-muslimu man salima muslimin, min lisanihi wa yadihi. Orang Islam adalah orang yang dapat menjaga mulut dan tangannya untuk rasa damai pihak lain,” katanya.
”Kalau sampai orang lain terluka dengan mulut dan tangan kita, berarti kita bukanlah orang muslim. Jadi, perdefinisi Islam adalah anti kekerasan,” lanjutnya.
Dalam menyikapi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok agama, Masdar berkomentar keras dengan mengutip sebuah hadits Rasul yang menyatakan, "Abghadul ‘ibad ilallah man kana tsaubuhu khairon min amalihi, tshaubuhu tsaubal anbiya wa’amaluhu amalal jabbarin”.
Artinya hamba yang paling dimurkai Allah, adalah jika pakainnya lebih baik dari amalnya, pakaiannya seperti pakaian Nabi tapi perilakunya seperti prilaku preman. Hamba yang demikian disebut abghadul ibad ilallah, hamba yang paling dimurkai Allah.
Sementara itu KH Slamet Firdaus, ketua Ikatan Aluni PMII Cirebon, dalam sambutannya menyatakan, acara temu akbar alumni itu dilaksanakan untuk mengaktifkan kembali kegiatan alumni PMII. ”Sebenarnya alumni PMII itu sudah ada wadahnya, tinggal bagaimana mengisinya dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat,” katanya.
Acara tersebut dihadiri ratusan alumni, dari mulai angkatan 70-an sampai angkatan 2000-an. Dari mulai pendiri sampai pengurus PMII yang sekarang masih aktif.
Pada kesempatan itu hadir alumni-alumni PMII dari cabang-cabang lain, seperti Yogyakarta, Kediri, Semarang, PMII Bandung dan lain-lainnya. Semua hadir dalam acara silaturrahmi yang penuh keakraban. Selain itu juga ada dari kalangan LSM dan para pengurus lembaga dan badan otonom NU di Cirebon. (nam)
Terpopuler
1
Innalillahi, Nyai Nafisah Ali Maksum, Pengasuh Pesantren Krapyak Meninggal Dunia
2
Keutamaan Bulan Muharram dan Amalan Paling Utama di Dalamnya
3
Innalillahi, Buya Bagindo Leter Ulama NU Minang Meninggal Dunia dalam Usia 91 Tahun
4
Waketum PBNU Jelaskan Keistimewaan Belajar di Pesantren dengan Sanad
5
Khutbah Jumat: Menyadari Hakikat Harta dan Mengelolanya dengan Baik
6
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Hikmah Hijrah Nabi Muhammad kanggo Generasi Milenial lan Z
Terkini
Lihat Semua