Bandar Lampung, NU Online
Masalah menjadi fokus garapan Muslimat, termasuk soal Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang saat ini berkerja di luar negeri, termasuk di Timur Tengah.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Men PP dan PA), Linda Agum Gumelar dalam paparannya, minimnya pekerjaan di dalam negeri membuat Indonesia mengirim TKW ke luar negeri. “Mereka memilih berkerja di luar negeri yang lebih menjanjikan lapangan kerja,” ungkap dalam seminar di arena kongres Muslimat, Asrama Haji Bandar Lampung, Rabu (13/7).
<>
Selain masalah kurangnya pekerjaan, katanya, Indonesia juga menghadapi masalah pendidikan yang kurang merata, terutama terhadap kaum perempuan. Juga masalah gizi yang kurang bagi ibu dan anak di Indonesia, serta kesetaraan gender.
Terkait masalah TKW ini, Muslimat NU telah memiliki 11 Balai Lantihan Kerja (BLK) di daerah-daerah pengirim TKW terbanyak. BLK ini diperuntukkan bagi mantan TKW yang kembali ke Indonesia.
Melalui Kongres, Muslimat akan kembali meneguhkan komitmennya mengatasi masalah TKW. Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa mengatakan, salah satu program prioritas Muslimat adalah memberi pelatihan ketrampilan (life skill) kepada anggotanya.
“Dari situ mereka diharapkan mampu meningkatkan taraf hidupnya. Ini terutama diprioritaskan kepada pemuda putus sekolah dan mantan TKW agar mereka bisa hidup sejahtera,” kata Khofifah.
Menurutnya, di beberapa daerah pengirim TKI, Muslimat NU membuat sejumlah program pasca menjadi TKI dengan mendirikan Balai Latihan Kerja (BLK). Program tersebut dilakukan agar setelah pulang dari kerja di luar negeri, mereka tidak perlu lagi menjadi TKW.
Dikatakannya, salah satu proyek Muslimat berada di Bulukumba Sulsel. Disana, mantan TKI dan TKW diajari bordir. Mereka juga langsung dikirim ke Kudus dan Tasikmalaya untuk melihat proses membuat industri maju.
“Kita tidak mengajari menjahit, tetapi membordir karena nilai tambah terbesarnya disitu. Jadi yang ikut program ini yang sudah bisa menjahit,” paparnya.
Ditambahkannya, Muslimat NU kini sudah memiliki sejumlah BLK di sejumlah daerah sebagai tempat pembelajaran. “Kita mengajari ibu-ibu catering dan manajemennya, bukan hanya memasak saja. Ini untuk mendorong mereka menjadi pengusaha,” jelasnya.
Mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan ini mengaku prihatin dengan situasi Indonesia saat ini. Di satu sisi, pemerintah sudah mencanangkan industri kreatif, tetapi di sisi lain, masih mengirimkan Pembantu Rumah Tangga (PRT) ke luar negeri. “Kok bukan tenaga ahli bidang kreatif,” katanya.
Selain masalah TKW, Khofifah juga mengungkapkan banyaknya janda muda yang ditinggal suaminya dalam keadaan menanggung banyak biaya untuk menghidupi anak-anaknya.
“Dalam situasi seperti itu, Muslimat NU memberikan dukungan untuk memberdayakan potensi yang dimiliki sehingga bisa kembali bangkit menjalani kehidupan baru,” jelasnya.
Di Makassar Sulawesi Selatan, jelasnya, para janda muda ini diberdayakan dengan dilatih membuat seragam sekolah. Hal yang sama juga dilakukan di Jambi dengan melibatkan mereka pada industri pembuatan abon ikan patin. “Pada intinya adalah, bagaimana mereka mendapatkan pendapatan untuk menutup biaya hidup mereka,” jelasnya.
Redaktur: Mukafi Niam
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menyiapkan Bekal Akhirat Sebelum Datang Kematian
2
Menyelesaikan Polemik Nasab Ba'alawi di Indonesia
3
Khutbah Jumat: Tetap Tenang dan Berpikir jernih di Tengah Arus Teknologi Informasi
4
Resmi Dilantik, Berikut Susunan Lengkap Pengurus PP ISNU Masa Khidmah 2025-2030
5
Rekening Bank Tak Aktif 3 Bulan Terancam Diblokir, PPATK Klaim untuk Lindungi Masyarakat
6
Khutbah Jumat: Perhatian Islam Terhadap Kesehatan Badan
Terkini
Lihat Semua