Warta

Malik Madani: Nilai Islam Modal Membangun Karakter Bangsa

NU Online  ·  Senin, 13 Februari 2012 | 13:01 WIB

Jepara, NU Online
Islam sarat dengan nilai-nilai yang menjadi dasar untuk membangun karang bangsa. Nilai-nilai itu antara lain kedamaian (salam), kasih sayang (rahmah), keadilan ('adalah) dan persaudaraan (ukhuwah).<>
 
Demikian disampaikan Katib Aam PBNU KH Malik Madani dalam seminar nasional bertema “Membangun Karakter Bangsa Melalui Nilai-nilai Islam dan Kearifan Lokal”  yang diselenggarakan Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Jepara, di Gedung Wanita Jepara, Sabtu (11/2).
 
“Rasulullah diutus sebagai rasul adalah sebagai rahmat bagi alam semesta. Rahmat Islam tidak hanya untuk manusia, apalagi hanya untuk umat beriman tetapi meluas kepala flora, fauna dan makhluk lainnya,” ujarnya mengutip Al Qur’an surat Anbiya ayat 107.
 
Lebih jauh KH Malik menegaskan, Islam sangat menjunjung tinggi keadilan. Dalam Al-Qur’an banyak terdapat perintah berbuat adil.

Ia menambahkan, implementasi keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terlihat pada keadilan menegakkan hukum atau tidak diskriminasi dan keadilan dalam rekrutmen personalia pada jabatan publik. “Keadilan begitu penting bagi tegaknya stabilitas kehidupan suatu bangsa dan negara,” tegasnya.
 
Menurut KH Malik, ukhuwah Islamiyah adalah konsep persaudaraan yang inklusif dan universal, bukan konsep yang eklusif hanya untuk kalangan umat Islam secara khusus. Persaudaraan Islam tidak hanya berlangsung antar orang-orang seagama saja, tetapi bisa berlangsung antar orang-orang yang berbeda agama.
 
“Bahkan persaudaraan antar sesama orang Islam bisa menjelma menjadi ukhuwah ghoir Islamiyah, jika tidak dipandu oleh nilai-nilai ajaran Islam,” terangnya.
 
Ia menilai perlunya modifikasi terhadap tri logi ukhuwwah yang popular selama ini yakni ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyyah dan ukhuwwah insaniyah/basyariah.
 
“Yang lebih tepat ukhuwwah diniyyah/imaniyyah, wathaniyyah, insaniyyah/basyariyyah. Ketiganya memiliki perluang yang sama untuk menjalin ukhuwwah Islamiyah atau ghair Islamiyah,” tandasnya.

Menyinggung kearifan lokal, KH Malik mengatakan bangsa Indonesia kaya dengan kearifan lokal yang sebagiannya sejalan dengan ajaran Islam. Sehingga sangat layak untuk dilestarikan seperti semangat kebersamaan, gotong royong dan tepo seliro yang tercermin dalam tradisi saling memaafkan dalam halal bilal, menyumbang orang hajat dan mendoakan orang meninggal.
 
“Kearifan local harus diwaspadai agar tidak tercerabut dari substansinya. Sebab apabila hal itu terjadi, maka kearifan lokal menjadi kontra produktif dalam membangun karakter bangsa,” ujarnya dalam seminar menyambut wisuda sarjana Mahasiswa INISNU Jepara sepekan yang akan datang.

Redaktur   : A. Khoirul Anam
Kontributor: Qomarul Adib