Mahasiswa Delegasi NU di Libya Lulus Ujian Akhir, Ada yang Nomer Satu
NU Online · Selasa, 5 Juli 2005 | 10:21 WIB
Tripoli, NU Online
Sungguh tidak terasa, sepertinya baru kemarin menginjakkan kaki di Bumi “Sahara” Libya, tahu-tahu sudah setahun lamanya. Tepatnya, pada tanggal 9 Juni 2005, mahasiswa delegasi NU yang sedang belajar di Kulliyah Dakwah Islamiyah melangsungkan ujian akhir untuk tahun pertama kuliah.
Ujian yang benar-benar menguras tenaga dan pikiran selama 2 minggu dengan 15 mata kuliah itu, adalah pengalaman pertama mereka. Ini menjadi satu kekhawatiran yang tak terelakkan karena mata kuliah yang begitu banyak, bukan hanya harus dipaham tetapi juga menuntut untuk dihapalkan. Alhamdulillah, dengan mencurahkan daya-usaha, semuanya bisa dilalui dengan lancar. Pada tanggal 19 Juni 2005 mereka menyelesaikan ujian tersebut.
<>Setelah ujian selesai, mereka seakan-akan merasakan lekang sudah satu masalah, semuanya sudah dilewati. Namun yang masih menjadi pikiran dan beban adalah hasil dari ujian itu sendiri. Mungkin dari sebagian mereka ada yang sudah yakin lulus karena telah mempersiapkannya jauh hari sebelum ujian. Ada pula yang ketar-ketir tidak lulus karena ada beberapa mata kuliah yang menjadi kendala dan memang kurang persiapan dimana cara belajarnya masih tetap SKS (Sistem Kebut Semalam) layaknya ketika belajar di Indonesia. Semua masih menjadi tanda tanya menunggu hasil ujian keluar.
Sudah menjadi kebiasaan Kulliyah Dakwah Islamiyah yakni hasil ujian akan diumumkan 2 minggu setelahnya. Begitu ujian usai, nyaris setiap hari mereka meluangkan waktu untuk melongok papan pengumuman hasil ujian yang terletak di sebelah kantor dekan, apalagi bagi mahasiswa tahun kedua dan keempat.
Mereka sangat mengaharapkan hasil ujian segera keluar. Bagi mahasiswa tahun kedua, mendapatkan jatah pulang ke Tanah Air mereka dengan syarat lulus semua mata kuliah yang diujikan, sedangkan mahasiswa tahun keempat, tentunya mereka sangat merindukan untuk segera pulang berkumpul kembali dengan keluarga yang mereka cintai karena tahun keempat adalah tahun akhir dalam studi S1.
Berhari-hari para mahasiswa menanti hasil ujian keluar, kabar-burung selalu mengusik ketenangan, kalau natijah imtihan (hasil ujian) mau keluar besok. Namun tunggu punya tunggu ternyata tak kunjung jua diumumkan.
Akhirnya, pada hari Senin tanggal 3 Juli 2005 setelah sholat Maghrib, tepat 2 minggu setelah ujian selesai, terdengarlah suara pengumuman dari Qismud Dakhily (asrama mahasiswa) bahwa hasil ujian telah terpampang di papan pngumuman.
Seketika itu juga para mahasiswa lansung semburat berhamburan keluar dari kamar mereka masing-masing menuju tempat pengumuman hasil ujian tersebut. Bagi mahasiswa baru, hal ini adalah pengalaman pertama menyaksikan langsung bagaimana mahasiswa Libya menyambut keluarnya hasil ujian yang mereka tunggu-tunggu. Sangat mengharukan, bagaimana ketika para mahasiswa yang telah melihat langsung hasil ujiannya dinyatakan lulus lalu mengekspresikannya berteriak kegirangan dan di lain tempat bagaimana ketika melihat sebagian mereka yang kecewa dan sedih setelah tahu kalau tidak lulus (rasib).
Pada tahun lalu, tanggal 14 Oktober 2004, PBNU mendelegasikan 5 mahasiswa program S-1 untuk kuliah di Kulliyah Dakwah Islamiyah Tripoli-Libya. Kelima mahasiswa yang didelegasikan NU, dari 13 mahasiswa Indonesia yang seangkatan, tidak ada satupun yang tidak lulus. Mereka mendapatkan predikat jayyid jiddan (sangat baik) dan jayyid (baik).
Anas Mas’udi, salah satu dari kelima mahasiswa delegasi NU tersebut menduduki peringkat jayyid jiddan I (sangat baik I). prestasi yang cukup gemilang ini, tentunya tidaklah dapat diraih dengan mudah.
Ketika kontributor NU-Online menanyakan kiat belajarnya, dia menjawab “dalam membaca satu materi, tidaklah harus dipahami saja namun juga harus dihapal. Setelah itu baru saya memperaktekannya dalam tulisan seakan-akan mereka-reka pertanyaan lalu menjawabnya” tutur alumni PP. Al-Hikam Malang ini.
Bukan itu saja, Nasbin Panyahatan Nasution, yang duduk di tahun keempat kuliah mendapatkan peringkat mumtaz (cumlaude). Mahasiswa asli Medan, yang pernah menjadi pengurus yayasan yatim piatu di bawah naungan Muslimat NU Pusat, memang dikenal sebagai mahasiswa yang rajin dan taat beribadah.
Ia adalah satu-satunya mahasiswa Indonnesia yang diberi tugas menjadi imam masjid Kuliiyah Dakwah Islamiyah. Kesuksesan belajarnya patut diacungi jempol. Kepada kontributor NU-Online, mengatakan “Disamping belajar dengan tekun, saya mengiriginya pula dengan berdo’a kepada Allah SWT,” jelasnya
Setelah ujian akhir, ada libur musim panas selama 3 bulan. Sekalipun kegiatan perkuliahan libur, mahasiswa Kulliyah Dakwah Islamiyah, tetap mengisinya dengan kegiatan yang bermanfaat.
Salah satu kegiatan tersebut adalah kursus bahasa Inggris dan Perancis dimana pihak Kuliyy
Terpopuler
1
Innalillahi, Nyai Nafisah Ali Maksum, Pengasuh Pesantren Krapyak Meninggal Dunia
2
Keutamaan Bulan Muharram dan Amalan Paling Utama di Dalamnya
3
Innalillahi, Buya Bagindo Leter Ulama NU Minang Meninggal Dunia dalam Usia 91 Tahun
4
Sosok Nabi Daniel, Utusan Allah yang Dimakamkan di Era Umar Bin Khattab
5
Waketum PBNU Jelaskan Keistimewaan Belajar di Pesantren dengan Sanad
6
Khutbah Jumat: Menyadari Hakikat Harta dan Mengelolanya dengan Baik
Terkini
Lihat Semua