Jakarta, NU Online
Lokasi rukyatul hilal di Cakung, Jakarta Timur, sudah tidak layak dipakai karena di bagian ufuk barat lokasi itu kini telah terhalang oleh-gedung-gedung bertingkat. Selain itu daerah Cakung dinilai terlalu rendah sekitar 10 meter di bawah permukaan air laut.
Demikian Ketua Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) KH Ghazali Masroeri kepada NU Online di Jakarta, Ahad (14/10), menanggapi laporan mengenai penemuan hilal di lokasi rukyat Cakung pada saat diadakan rukyatul hilal bil fi'li untuk penentuan awal bulan Syawal, Jum'at (11/10) petang lalu.
<>"Lajnah Falakiyah sudah beberapa kali mengadakan peninjauan lokasi ke sana. Saya bahkan sudah mengecek sendiri tempatnya bersama Kiai Martani, Mahrus, dan Kiai hasan Basri Said Gresik (ketiganya pengurus Lajnah Falakiyah, red) dan secara ilmiah memang tidak strategis, bahkan sudah tidak layak. Pada saat diadakan rukyatul hilal kemarin diam-diam kami mengutus orang ke sana, dan ternyata tidak ada hilal," kata Kiai Ghazali.
"Bahkan sejak sejak Said Aqil Munawwar menjabat sebagai Menteri Agama Lajnah Falakiyah memutuskan Cakung sudah tidak dalam lingkaran LFNU," Kiai Ghazali menambahkan sembari bercerita bahwa dua orang keluarga Ustadz Syafi'i, ketua tim rukyat di Cakung, yakni Rusli dan Hifzullah adalah anggota LFNU yang mengerti betul kondisi lokasi rukyat di sana.
Menurut Kiai Ghazali lokasi rukyat di daerah Cakung itu dulu dirintis oleh Kiai Abdul Hamid (alm). Setelah Kiai Hamid meninggal, tim rukyat dipimpin oleh anaknya Ustadz Syafi'i. Namun, selain lokasi rukyat di Cakung sudah tidak layak untuk rukyat, tim rukyat di sana tidak melaporkan hasil rukyat berdasarkan kriteria umum yang ada dalam disiplin ilmu falakiyah dan astronomi.
"Tidak bisa asal tunjuk hilal di sebelah utara matahari terbenam atau sebelah selatan. Padahal sebelumnya kan pasti sudah bisa ditentukan nanti hilalnya kalau terlihat ada di sebelah mana. Kami memang mendasarkan awal bulan dengan rukyatul hilal, namun rukyat yang disertai ilmunya, kalau diistilahkan adalah rukyat yang berkualitas," kata Kiai Ghazali.
Seperti diberitakan hampir setiap tahun tim rukyatul hilal di Cakung melaporkan temuan rukyatul hilal. Celakanya tanpa berkoordinasi dengan LFNU, tim Cakung langsung mengirimkan fax hasil rukyat ke pesantren-pesantren. Pada kasus terjadinya perbedaan hari raya tahun lalu antara PBNU dengan PWNU Jawa Timur salah satunya adalah sebab laporan dari tim tukyat Cakung ini.
Kiai Ghazali Masroeri menegaskan, lokasi rukyat di Cakung bukanlah daerah pantai seperti yang sering terdengar selama ini. Selain itu hakim pengadilan agama yang menyumpah para perukyat berasal dari Jakarta Utara, padahal semestinya Cakung berada dalam dalam wilayah yurisdiksi Jakarta Timur. "Dan hakim yang menyumpah dari dulu ya itu-itu saja," tambah Kiai Ghazali.
Kemungkinan besar yang disangka sebagai hilal oleh tim rukyat Cakung adalah awan tipis yang terkena sorot lampu gedung-gedung di pusat industri Kemayoran Jakarta Pusat yang terlihat dari kawasan Cakung Jakarta Timur. Menurut Kiai Ghazali, hilal itu kelihatan sangat singkat dan tidak mungkin bisa timbul-tenggelam. (nam)
Terpopuler
1
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
2
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
3
PBNU Buka Suara Atas Tudingan Terima Aliran Dana dari Perusahaan Tambang di Raja Ampat
4
Fadli Zon Didesak Minta Maaf Karena Sebut Peristiwa Pemerkosaan Massal Mei 1998 Hanya Rumor
5
Israel Serang Militer dan Nuklir Iran, Ketum PBNU: Ada Kegagalan Sistem Tata Internasional
6
Presiden Pezeshkian: Iran akan Membuat Israel Menyesali Kebodohannya
Terkini
Lihat Semua