Warta

Korban SARS Tak Perlu Dibakar

NU Online  ·  Senin, 28 April 2003 | 08:48 WIB

Jakarta, NU.Online Virus SARS terus menimbulkan korban baru. Dari data terakhir (27/04) diketahui bahwa 4649 diduga probable SARS sedangkan korban meninggal sudah mencapai 274. untuk mencegah dan memberi pemahaman yang jelas dalam mensikapi wabah ini Pengurus Pusat Haiah Takmiril Masajid Indonesia Nahdlatul Ulama (PP HTMI) Sabtu (26/04) mengadakan diskusi tentang masalah SARS (26/04) di gedung PBNU.

Dalam diskusi yang dihadiri sekitar 200 orang anggota HTMI dibahas berbagai aspek SARS serta cara penanggulangannya oleh beberapa ahli seperti dari staff departemen kesehatan, dr Siswandi  PT Kalbe Farma, dan dr KH Amin Imron dari komisi fatwa MUI.

<>

Kekhawatiran tentang SARS yang tanpa disertai pengetahuan yang cukup telah menimbulkan kepanikan dan kesalahan-kesalahan penanganan. Salah satu pertanyaan menarik dari seorang peserta adalah apakah korban SARS harus dibakar seperti di Hongkong untuk menghindari penyebaran penyakit,

Dr KH Amin Imron dari komisi fatwa MUI menjelaskan bahwa korban SARS di Indonesia tidak perlu dibakar, hal yang terjadi di Hongkong adalah secara tradisi mayat memang di bakar, jadi bukan karena SARS. Penanganan  yang keliru mengenai korban SARS dapat menimbulkan konflik baru dalam masyarakat. “Permasalahan ini sangat peka bagi umat Islam, jadi tidak perlu dibakar, tetapi yang penting adalah bagaimana cara memandikannya agar tidak menular,” ungkap Amin Imron.

Wabah SARS juga telah memukul sektor perekonomian. Paling tidak 8000 TKI ditunda keberangkatannya ke negara-negara yang rawan wabah SARS, seperti Malaysia, Singapura, Hongkong, danTaiwan. Sambil menunggu situasi membaik, para tenaga kerja itu akan dididik untuk meningkatkan kualitasnya.

Sebagaimana diketahui, daerah kantong-kantong TKI seperti  Tulungagung, Ponorogo, atau Malang merupakan daerah yang menjadi basis NU. Wabah itu paling tidak telah menyebabkan kesulitan ekonomi bagi keluarga mereka di rumah.

Langkah pemerintah menghentikan untuk sementara pengiriman TKI ke luar negeri nampaknya berkaitan dengan sebagian besar pasien yang diduga terjangkit SARS di Indonesia berprofesi sebagai TKI. Untungnya, sejauh ini, belum seorang pasien pun dinyatakan positif mengidap atau meninggal karena SARS. (liputan6) (Mkf).