Warta

Kondisi Pengungsi Bireuen Memprihatinkan

NU Online  ·  Senin, 30 Juni 2003 | 12:03 WIB

Jakarta, NU Online
Kondisi pengungsi Bireuen di kamp pengungsi Cot Gapu dan Blang Asam makin memprihatinkan, dan pengungsi yang sakit semakin banyak akibat sanitasi yang buruk,
cuaca panas, dan tenda yang kurang memadai, demikian pengamatan Antara di Bireuen, Senin.

Menurut petugas kesehatan, Maswadi, jumlah pengungsi yang sakit di Kamp Pengungsi Cot Gapu I setiap harinya sekitar 350 orang, dan kebanyakan mereka menderita diare, demam, ISPA, dan penyakit kulit.

<>

Kondisi yang sama terjadi di Kamp Pengungsi Cot Gapu II dan Blang Asam Bireuen, maupun di tempat pengungsian di Aceh Utara.

Menurutnya, jumlah pengungsi yang terpaksa dilarikan ke RSUD Bireuen dalam seminggu terakhir mencapai 55 orang, termasuk di antaranya 4 ibu yang melahirkan anaknya saat mengungsi.

Selain itu, obat-obatan antibiotik dinilai masih kurang memadai jumlahnya, terutama untuk diare dan flu. "Anak- anak yang paling banyak terserang penyakit," katanya.

Berdasarkan pengamatan Antara, di Cot Gapu I terdapat 46 tenda yang dihuni sekitar 3400 jiwa. Mereka adalah penduduk Kecamatan Juli Bireuen, dan telah mengungsi sejak 16 hari lalu. Kondisi kamp pengungsian itu makin tidak sehat, akibat lingkunan tidak sehat dan sulitnya mendapatkan air bersih.

Tenda-tenda yang terpasang juga kurang memadai, terutama karena tenda terpasang terlalu rendah sehingga sirkulasi udara kurang. Selain itu, penduduk hanya beralaskan tikar, sementara tenda dibangun di atas tanah karang, sehingga akan tergenang air di saat
musim hujan.

"Di tenda ini dihuni 80 orang. Kami tidak bisa tidur karena tanahnya tidak rata akibat tonjolan batu karang. Di saat musim hujan, tanahnya basah akibat air tidak bisa terserap," kata seorang pengungsi yang tidak mau disebutkan namanya.

Sejumlah pengungsi lainnya mengeluhkan sanitasi yang buruk, sehingga yang sakit makin banyak. "Sanitasi sangat buruk, dan sulit mendapatkan air bersih. Akibatnya, banyak yang sakit," kata seorang ibu yang meminta jati dirinya tak disebut.(ant/mkf)
 

 

Â