Warta

KMNU UGM Gelar Maulid Nabi di Masjid Kampus

NU Online  ·  Senin, 13 April 2009 | 08:28 WIB

Jakarta, NU Online
Memperingati maulid, upaya meneladani ajaran dan perilaku Rasulullah dilakukan oleh Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) Univeristas Gajah Mada (UGM) dengan menyelenggarakan maulid nabi di masjid kampus.

Acara yang diselenggarakan pada Ahad (12/4) malam, sekitar jam 20,00 WIB ini dihadiri oleh lebih dari seribu orang, yang terdiri dari para mahasiswa, masyarakat umum dan anggota komunitas pengajian yang dipimpin oleh Habib Syeikh bin Abdul Qadir Assegaf.<>

Acara yang diselenggarakan di masjid kampus Ini merupakan kesempatan pertama kalinya buat anak-anak muda NU di UGM untuk mensyiarkan Islam di kampus elit tersebut, yang sebelumnya masjid tersebut identik dikuasai kelompok tertentu.

Lebih dari seribu jamaah memenuhi pelataran masjid kampus tersebut dan sekitar satu jam setengah secara bersama-sama mereka membacakan khasidah yang dipimpin oleh Habib Syeikh bin Abdul Qadir Assegaf yang memiliki suara sangat merdu.

Khasidah yang dibacakan mreupakan ekspresi kecintaan kepada rasulullah dan pesan-pesan moral untuk menjalankan kehidupan yang lebih baik di dunia. Alunan khasidah Diiringi dengan rebana yang dimainkan dengan sangat bagus sehingga jamaah yang sebagian besar memakai baju koko dan kopiah putih itu hanyut dalam suasana syahdu akan kedekatan dengan Rasulullah, yang telah membimbing ke jalan kebenaran.

Untungnya, malam tersebut, jogja tidak turun hujan sehingga jamaah bisa mengikuti acara dari ruangan terbuka dengan nyaman.

Dalam tausiyahnya yang berlangsung dengan gayeng, Habib Syeikh menyampaikan pesan untuk selalu meneladani Rasulullah. Kepada para mahasiswa, yang merupakan calon para pemimpin, ia memberi pesan untuk menjaga diri dari pergaulan bebas yang sekarang ini semakin merajalela. “Mahasiswa diminta untuk mencari ilmu oleh orang tua, bukan untuk mencari pacar,” katanya.

Pesan-pesan keagamaan tersebut disampaikan dengan selingan humor yang menghibur sehingga membuat jamaah tidak mengantuk. Meskipun seorang habib yang merupakan keturunan Arab, namun ia mampu berbahasa Jawa dengan sangat baik.

Mensikapi para caleg yang terancam stress atau gila, Habib Syeikh menilai hal ini disebabkan mereka tidak ikhlas dalam mencalonkan diri karena didasari pada kepentingan duniawi. “Masyarakat juga jangan memilih para pemimpin karena diberi uang, yang hanya dua puluh ribu yang akan habis dalam sekejab, tetapi akan menanggung akibatnya selama lima tahun,” terangnya.

Tak lupa, ia mengingatkan, kesalahan yang dilakukan oleh sekelompok kecil orang bisa mendatangkan bencana yang merugikan bagi banyak orang, termasuk orang-orang yang saleh sehingga perlu untuk saling mengingatkan. (mkf)