Warta

Kiai Said Silaturahmi dengan Dosen UI

NU Online  ·  Jumat, 16 Juli 2010 | 04:39 WIB

Depok, NU Online
Kepedulian PMII UI terhadap angka korupsi di Indonesia yang makin parah, diwujudkan dalam sebuah tindakan penyadaran di kalangan aktivis dan insan akademisi. Pengajian bertajuk “Jihad Melawan Korupsi” telah dilangsungkan pada Kamis (malam Jumat), 15 Juli 2010.

Hadir sebagai penceramah umat KH Said Agil  Siradj. Ahmad Djauhari (Dirjen Penerangan Agama Islam), Prof Dr Muhammad Hikam (Ketua Program Vokasi UI), Dr Basyuni Imaduddin (Dosen Sastra Arab), dan banyak dosen dari keluarga Nahdiyyin di Universitas Indonesia.<>

Acara dimulai dengan tahlil dan doa bersama untuk almarhum KH Idham Kholid (Ketua Umum PBNU Periode 1956-1984) yang dipimpin oleh Nahdiyyin dari Tegal. Selanjutnya sambutan oleh KH Ahmad Jauhari, sebagai pengasuh pesantren. Ia menagaskan bahwa untuk memperbaiki Indonesia ke depan, mesti diperbaiki mahasiswanya. Oleh karena itu, peran “Mutiara Bangsa” (nama pesantren di sekitar UI) ingin mewujudkan hal tersebut.

“Mahasiswa yang cerdas intelektualnya, tetapi juga cerdas moralnya” tuturnya.

Dr Muhammad Hikam, Pembina mahasiswa NU di UI menyatakan kebahagiaannya, banyak mahasiswa UI yang mulai aktif melakukan aktivitas keagamaan khas tradisi muslim Indonesia seperti yasinan, tahlilan, istighosal, ratiban dsb. Hal tersebut positif dan hendaknya mendapat dukungan dari semua kalangan.

Hikam juga mensosialisasikan tentang beberapa kebijakan UI ke depan, dan ia mengharap agar warga di sekitar UI mendukung program tersebut sebagai upaya membangun bangsa Indonesia.

Kiai Said dalam ceramahnya mengulas sejarah peradaban Islam yang berkualitas. Islam sebagai agama yang rahmat, sangat menjunjung tinggi rasionalitas dalam berpengetahuan. Hal ini karena memang Islam lahir dari masyarakat jahiliyah, yang lebih banyak mempercayai dukun, percaya pada ramalan dan sebagainya.

“Memang ramalan bisa mengandung kebenaran, tapi 1:8, yang benar satu yang salah 8” menurut Kiai Said. Maka dari itulah Islam lahir sebagai agama yang memberantas kejahilan bangsa Arab,” tuturnya

“Nabi menyebarkan syiar Islam tidak untuk ras Arab, tidak juga untuk mendirikan negara Islam, tapi nabi datang ke Madinah selanjutnya mendirikan negara Madinah, untuk meciptakan sebuah tatanan kehidupan yang beradab, yang dilandasi moral,” tandasnya

Kiai Said memberikan solusi praktis dalam rangka memperbaiki krisis moral yang sedang melanda bangsa Indonesia. Hampir semua berita memperlihatkan bangsa Indonesia jauh dari keberadaban. Tradisi NU “Yakni Tahlilan di Kampung adalah media yang tepat untuk memperbaiki moral bangsa” dan medium yang tepat untuk meminimalisir kerusakan moral yang dihadapi bangsa Indonesia.

Ia menyatakan kebanggaanya pada adik-adik PMII yang terus melakukan perjuangan menegakkan agama Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin, Walaupun antusiasme beliau untuk hadir ceramah di Universitas Indonesia belum terlaksana.

“Ini wujud kepedulian pak Said pada mahasiswa di perguruan tinggi negeri, yang pada saatnya nanti akan berperan sebagai penerus pembangunan bangsa,” tutur Munir, sekum PMII Cabang Depok.

“Menurut saya NU masih menjadi solusi untuk krisis moral bangsa saat ini, korupsi adalah muara dari krisis moral yang tidak terkontrol. Tradisi NU di kampung tidak banyak tercermin dalam kehidupan modern, yang semakin menjerumuskan orang pada sifat individualistis sehingga rendah kontrol sosial”. Munir juga menuturkan “dukungan Kiai Said sangat berharga bagi kami yang NU yang di UI”.

Pada kesempatan tersebut Kiai Said menghadiahi 7 buah buku karyanya. “Kiai Said cerminan ulama nasional yang produktif, yang karyanya patut diperhitungkan dalam referensi keislaman, sekarang banyak penulis buku agama, atau penceramah agama yang tidak menguasai ilmu agama tapi banyak menulis, beda dengan Kiai Said yang kapasitas keimuannya mumpuni, sayangnya UI jarang mengudang beliau,” tutur Woro, Kader PMII UI. (ahm)