Warta

Kiai Sahal: Pemimpin NU Harus Berwawasan Sosial-Keagamaan

NU Online  ·  Senin, 7 Juli 2008 | 06:43 WIB

Pati, NU Online
Para pemimpin Nahdlatul Ulama (NU) harus mempunyai wawasan sosial-keagamaan ala NU agar dapat dapat menyelamatkan agenda perjuangan organisasi yang didirikan para ulama itu.

Demikian disampaikan Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Sahal Mahfudz ketika memberikan taushiyah di hadapan ribuan warga NU dalam Konferensi Cabang NU Kabupaten Pati, Ahad, (6/7), kemarin, seperti dilaporkan kontributor NU Online Munawir Aziz.<>

Lebih lanjut, Kiai Sahal mengungkapkan betapa NU sebagai jam’iyyah yang memiliki massa melimpah, membutuhkan tokoh pemimpin yang memahami sejarah dan ruh perjuangan NU.

“Untuk menyelamatkan NU dan menjaga agar organisasi ini tetap pada jalur perjuangan, perlu adanya tokoh yang memiliki wawasan sosial keagaman NU,” ujar Kiai Sahal, yang didampingi KH. Muadz Thohir dan KH. Mujib Sholeh.

Para pemimpin NU, imbuh Kiai Sahal, tidak boleh hanya mengerti tentang manajemen organisasi, tokoh yang memimpin NU hendaknya ‘kober’ (punya waktu) dan memahami seluk beluk NU secara mendalam.

Selain itu, Kiai Sahal juga menyoroti berbagai kelemahan yang membuat eksistensi NU semakin memudar. Menurutnya, selain kaderisasi, kelemahan organisasi NU yang mendasar adalah lemahnya kemampuan manajemen ekonomi.

“Warga NU seharusnya sadar dengan hal ini. Dari dulu kader NU sudah banyak yang mengikuti workshop pelatihan ekonomi, akan tetapi tak banyak yang menerapkan bagi kemajuan NU.”

Menurut Kiai Sahal, apabila warga NU memiliki kegigihan untuk mengelola lembaga keuangan, maka tak akan cepat berkembang dan menuai kesuksesan.

Kiai Sahal mencontohkan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Artha Huda di Kajen, yang pada awalnya merupakan modal pinjaman, akan tetapi sukses karena dikelola dengan sistem manajemen profesional. Selain itu, Kiai Sahal juga mencontohkan banyaknya Baitul Maal wat-Tamwil (BMT) di Rembang yang dikelola warga NU.

Dalam tausyiahnya, KH Sahal juga menyinggung tentang banyaknya kader muda NU yang tertarik kepada partai yang berbeda faham keagamaannya dengan NU, yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

“NU dan PKS itu sangat jauh berbeda, jadi tak bisa disamakan. Kalau PKS itu cenderung pada aliran Wahabi, NU tidak sama sekali serta setia pada pengamalan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah,” ujar Kiai Sahal. (ziz)