Kiai Mutawakkil: Saya Tidak Merasa Bisa Menjadi Ketua
NU Online · Sabtu, 19 April 2008 | 23:15 WIB
Ketua PWNU Jawa Timur yang baru, KH Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM, punya komentar menarik setelah terpilih sebagai ketua menggantikan posisi KH Ali Maschan Moesa. Seperti apa komentaranya?
Di depan 32 rais syuriah dan ketua PCNU se-Jawa Timur yang berkumpul di Kantor PWNU pada Sabtu (19/4), ia menyatakan bahwa pihaknya tidak merasa bisa menjabat sebagai ketua PWNU.<>
“Mengatur keluarga saja susah, apalagi mengatur NU yang sedemikian besar. Apalagi menjadi pengurus NU itu tidak ada gajinya,” tuturnya merendah.
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Hasan Genggong Probolinggo itu menjelaskan, sejak bertahun-tahun ia telah menyatakan tidak mau dan tidak ingin menjadi ketua PWNU. Namun ketika ada gurunya yang melarang dirinya ‘lari meninggalkan medan perang’, akhirnya ia harus menerima amanat itu.
“Karena ini sebuah keputusan jam’iyah (organisasi), saya sebagai kader dan darah saya sendiri juga NU, tidak mungkin saya menolak keinginan masyayikh (para guru),” jelas Kiai Mutawakkil, sambil menambahkan, “keberkahan pada diri, keluarga dan anak-anak cucu itulah yang kita harapkan.
Dalam kesempatan itu, putra pertama KH Hasan Saifourrizal itu mengingatkan kembali pesan ayahanda kepada dirinya. Dalam wasiatnya dikatakan, “Jangan main-main dengan NU, karena NU itu bisa membawa berkat, tapi juga bisa membawa kualat”. Alasannya, “Karena NU dilahirkan dengan melalui tirakat, riadlah, istikharah dan istisyarah, bukan dengan pesta”.
Dalam kesempatan itu pula, ia meminta kepada para pengurus cabang untuk bersepakat tidak terlibat konflik di daerah masing-masing, karena menyangkut citra NU secara luas. Untuk itulah dirinya membebaskan para pengurus NU untuk berperan dalam pilkada sesuai keinginan masing-masing. Asal dengan satu syarat, tidak menggunakan intimidasi dan simbol-simbol NU.
Dengan sedikit berkelakar, ia menyinggung peranan kiai yang menjadi tim sukses salah satu calon gubernur Jawa Timur. “Kalau ada kiai yang mendukung calon ini, dan ternyata dia ditakdirkan jadi, setelah itu ternyata kemudian pilihan itu salah, maka kiai inilah yang akan bertangung jawab,” tuturnya yang disambut tawa mereka yang hadir memenuhi ruang rapat di lantai dasar kantor PWNU.
Sedangkan kepada para pengurus cabang, badan otonom, lembaga dan lajnah, ia meminta agar tetap bekerja seperti biasa dan tidak terpengaruh dengan kemelut yang sedang terjadi di atas. “Biarlah kami saja yang menghadapi,” jelasnya.
Tak lupa, ia meminta kepada semua jajaran NU untuk menata hati agar bisa ikhlas mengurus NU. “Karena dengan hati ikhlas itulah kita akan bisa mengurus NU dengan baik,” tandasnya. (sbh)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju
2
Ketua PBNU Sebut Demo di Pati sebagai Pembangkangan Sipil, Rakyat Sudah Mengerti Politik
3
Khutbah Jumat: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para Pemimpin
4
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
5
Sri Mulyani Sebut Bayar Pajak Sama Mulianya dengan Zakat dan Wakaf
6
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Wujud Syukur atas Kemerdekaan Indonesia ke-80, Meneladani Perjuangan Para Pahlawan
Terkini
Lihat Semua