Warta

KH Tholcah Hasan: NU Selalu Berada di Garis Lurus

NU Online  ·  Senin, 16 Juni 2008 | 18:21 WIB

Malang, NU Online
Dikisahkan, dalam sebuah diskusi antara Nabi Muhammad SAW dengan para sahabat, Nabi sempat menorehkan garis lurus diatas tanah dengan tangan Beliau. Nabi memberikan penjelasan ilustrasi bahwa agama Islam yang benar adalah laksana garis lurus itu, kemudian di atas, di kanan dan di kiri garis Nabi membuat garis-garis lain yang merupakan aliran-aliran lain yang menempel pada Agama Islam.

Tiap-tiap aliran yang menempel pada garis-garis kebenaran Islam itu dihinggapi para setan yang selalu mempropagandakan kesesatan dan percerai-beraian. Maka tetaplah pada garis lurus itu dan jangan menempel.<>

Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Thalchah Hasan, seperti dilaporkan H Abdul Mujib Syadzili, dalam satu acara dialog interaktif yang diadakan oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) se-Malang Raya di Komplek Universitas Islam Negeri Malang, Ahad (8/6) lalu mengatakan, NU berusaha agar tetap berada pada “sirotul mustaqim” atau jalan lurus yang diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW.

Bagi warga NU yang mendeklarasikan sebagai penganut ajaran Ahlussunnah wal Jamaah, ajaran nabi dan para penerusnya, hendaknya tidak terlalu terhanyut menghadapi “subul-subul” atau aliran-aliran tersebut dan tetap konsisten menjaga rumah sendiri dalam memperkuat ajaran Islam.

As-subul atau aliran-aliran yang menempel sebagaimana digambarkan oleh Rasulullah SAW semakin hari tidak semakin mengecil, namun semakin lama akan semakin banyak jumlah macam ragamnya baik yang bersifat lokal, nasional, regional maupun global berupa gerakan transnasional,” kata Kiai Thalchah.

Dikatakannya, godaan-godaan kepada jam’iyah NU semakin hari semakin gencar. Godaan itu sering mengatasnamakan Ahlussunnah wal Jamaah yang menjadi identitas NU. Bahkan seakan-akan Ahlussunah sudah dijadikan sebuah merek berbagai aliran baik yang “berijin” maupun yang “tidak berijin” yang ingin menggaet simpati.

”Para pengurus NU harus dapat mengkanter sekaligus memberikan pengertian kepada warga agar tidak mudah tergoda dengan propaganda-propaganda yang dilakukan oleh mereka,” katanya.

Kiai Thalchah berpesan, agar NU tetap menjadi panutan maka NU membutuhkan garapan-garapan baru disamping harus tetap mempertahankan garapan lama yang saat ini dibutuhkan oleh masyarakat.

Garapan-garapan baru itu harus menyentuh kepada sendi-sendi perikehidupan masyarakat, khususnya masyarakat kalangan bawah yang dititikberatkan pada pembangunan balai-balai pengobatan, pendidikan, penguatan bidang pertanian dan balai-balai pelatihan, dan melanjutkan kegiatan-kegiatan lailatul ijtima’ atau pertemuan rutin malam hari yang menjadi ruh dakwah NU. (nam)