Warta

KH Muchit Muzadi: Pembaruan NU Harus tetap Berjalan pada Relnya

NU Online  ·  Senin, 10 Mei 2010 | 04:08 WIB

Malang, NU Online
Menyikapi kepengurusan baru PBNU yang terdiri dari berbagai kalangan, baik dari kalangan kiai pesantren, akademisi kampus, profesional dan bahkan politisi yang berbeda orientasi dan sikap, dimungkinkan NU akan mengalami ketidakjelasan arah. Pembawa gerbong NU saat ini memang berasal dari bermacam-macam unsur dan latar belakang.

Melihat kenyataan itu menurut Mustasyar PBNU KH Muchit Muzadi, NU perlu kembali memperhatikan penegasan Kiai Achmad Siddiq bahwa NU bukan taksi yang bisa disewa dan dibawa ke mana-mana sesuai dengan selera penyewa, tetapi NU seperti kereta yang punya rel sendiri.<>

“Setiap pengurus dan warga harus mengikuti jalur NU. NU tidak boleh dibawa sesuai dengan kemauan pengurus atau anggotanya, karena NU telah memiliki jalur atau khittah sendiri,” demikian ditegaskan KH Muchid Muzadi saat berbincang dengan NU Online di Malang, Jawa Timur, Sabtu (8/5) kemarin.

Terkait perkembangan modernitas yang lengkap dengan konsep dan strategi termasuk teknik pengembangan organisasi, maka NU harus tetap diisi dan digerakkan berdasarkan khittah dan fikrah Nahdliyah atau landasan dan cara berfikir NU.

“Adapun meengenai budaya dan tradisi lain boleh digunakan sebatas untuk menunjang, bukan untuk mengganti. Dengan cara itu NU tidak akan kehilangan identitas dan tidak akan kehilangan orientasi,” kata Mbah Muchit, panssilan akrab KH Muchit Muzadi.

Untuk mengembangkan NU memang disamping harus melakukan pembaharuan secara terus-menerus (akhdzu bil jadidil ashlah), tetapi juga harus ingat bahwa ada tugas pelestarian yang harus terus-menerus dijaga (muhafadhah alal qadimis shalih).

Qadimis shalih ini berkaitan doktrin ahlussunnah wal jama’ah (Aswaja) itu sendiri, lalu tata nilai NU, fikrah nahdliyah serta segenap tradisinya. Untuk menjalankan ini diperlukan keluasan dimana tidak terjebak pada konservatifme dan tidak juga kebablasan,” kata kiai sepuh murid pendiri NU Kiai Hasyim Asy’ari ini.

Mbah Muchit menambahkan, pemikiran dan pesan Kiai Ahmad Shiddiq harus benar-benar dicamkan oleh pengurus NU Saat ini, karena hanya dengan cara itu NU menemukan identitasnya.

Dengan cara itu pula NU akan menjadi besar dan tetap genuin orisinal sesuai dengan karakter NU sendiri, sehingga NU bisa menjadi panutan tidak hanya oleh warganya tetapi juga panutan bagi masyarakat yang lain baik di Indonesia maupun dunia internasional, demikian Mbah Muchit. (nam)