Warta

KH Idham Chalid Masuk "Tokoh Utama" Kalsel

NU Online  ·  Sabtu, 12 Agustus 2006 | 12:29 WIB

Banjarmasin, NU Online
Mantan Ketua Umum PBNU Dr. KH Idham Chalid dianggap sebagai salah satu tokoh utama dari Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Kalimantan selatan tempo dulu dan sekarang yang diterbitkan dalam buku “Apa dan Siapa dari Utara”.

Idham Cholid dianggap istimewa karena peranannya dalam tingkat nasional, bahkan internasional. Tokoh yang dilahirkan di Satui, Kabupaten Kotabaru (kini masuk Kabupaten Tanah Bumbu), 27 Agustus 1922 itu pernah menjabat orang penting di republik ini yaitu sebagai Wakil Perdana Menteri saat pemerintahan Presiden Soekarno.

<>

Selain itu, tokoh yang saat ini terbaring sakit di rumahnya di Cipete Jakarta tersebut memegang beberapa jabatan penting kenegaraan, seperti Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan Menko Kesejahteraan Rakyat, disamping sebagai orang nomor satu di pucuk pimpinan nasional Nahdatul Ulama beberapa periode.

"Namun sangat disayangkan, generasi muda Kalsel kini banyak yang tak kenal terhadap tokoh tersebut ketika diperlihatkan fotonya. Itulah salah satu latar belakang pemikiran terbitnya buku berjudul ’apa & siapa dari utara’ tersebut," ujar H.Ahmad Makkie BA, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Kalsel yang memprakarsai penerbitan buku ini dalam acara bedah buku yang berlangsung di Banjarmasin, Sabtu.

Dalam buku yang memuat 186 orang tersebut, pemrakarsa dan penulis naskah membagi kelompok para tokoh dari HSU itu terdiri tokoh terkemuka sembilan antara lain Idham Chalid, H.Mohammad Hanafiah (Menteri Agraria pertama), Adenansi dan mantan Gubernur Kalsel, H.M. Sjachriel Darham.

Selain itu, kelompok ulama tercatat 32 orang atau terbanyak, cendekiawan/budayawan, tokoh wanita delapan orang atau paling sedikit diantaranya Hj.Alfisah Arsyad (pernah qari nasional), pendidik, pejuang, birokrasi, politisi, pengusaha, seniman dan profesi lainnya.

Makki yang merupakan mantan Bupati Tapin, Kalsel yang juga seorang qari dan seniman itu dalam kesempatan lain mengatakan bahwa penerbitan buku tersebut sebagai upaya untuk mengingatkan generasi mendatang terhadap tokoh di daerahnya. "Kan sangat ironis dan menyedikan, kalau generasi di daerah tersebut tak mengetahui atau sampai lupa dengan tokoh-tokoh pendahulunya," tuturnya. (mkf)