Warta

KH. Hasyim Muzadi Akui Lembaga NU Masih Lemah

NU Online  ·  Sabtu, 9 Oktober 2004 | 14:46 WIB

Tulungagung, NU Online
Ketua Umum PBNU, KH. A. Hasyim Muzadi, mengakui, dilihat dari aspek kelembagaan  NU masih lemah. Banyak aturan organisasi yang belum dijalankan sepenuhnya oleh pengurus maupun warga NU. Karena itu, dia berharap agar tatanan organisasi ditegakkan, bukan malah dirusak.

“Sebagai jama’ah (massa), NU memang kuat, tapi sebagai jam’iyah (organisasi) masih cukup lemah. Sebab, secara institusi NU  belum tertata dengan baik. Makanya, kita harus menegakkan semua aturan organisasi. Misalnya, kalau ada ketentuan Ketua NU tidak boleh merangkap jabatan di partai politik, ya harus dipatuhi. Atau jika mencalonkan diri menjadi pejabat publik, harus non aktif, biar NU tidak terseret-seret,”kata Hasyim saat memberikan sambutan pada acara pembukaan Konferensi Cabang (Konfercab) NU Tulungagung di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Ngunut, Sabtu (9/10).

<>

Selama organisasi tidak ditata dengan baik, kata pengasuh Ponpes Al-Hikam Malang itu, maka jangan harap NU akan memiliki konsep masa depan yang baik pula. Apalagi secara internal,  di dalam tubuh NU sendiri seringkali terjadi gegeran karena persoalan politik, meskipun sekarang tensinya terlihat sudah mulai mengendur.

“Dulu ketika NU dipimpin oleh KH. Hasyim Asy’ari, NU tenteram, tapi sekarang banyak gegeran-nya. Ke depan kita harus membangun NU. Saat ini sudah waktunya NU bangkit kembali. Kalau ini sudah ditata, baru kita memperbaiki agama,” ujar Hasyim, yang hadir ke lokasi Konfercab sekitar pukul 12.00 WIB.

Dia menegaskan bahwa NU merupakan organisasi terbesar di Indonesia dengan jumlah massa mencapai sekitar 45 juta orang. Oleh sebab itu, NU harus menjadi pemimpin bagi kelompok umat Islam yang lain, seperti Muhammadiyah, Al Irsyad dan lain-lain.

“Masalahnya, orang NU pada umumnya masih bermental ngenger (numpang/nunut) orang lain, belum bisa berdiri secara mandiri. Selama mental kita masih nunut, maka kita hanya akan memperoleh belas kasihan dari orang yang kita nunuti,” tandas Hasyim.

Dalam konteks itu, paparnya, NU  harus diwujudkan sebagai rahmatan lil alamin (rahmat bagi alam semesta). Bukan sekedar rahmatan lin nahdhiyin (rahmat bagi umat NU), rahmatan lil muslimin (rahmat bagi umat Islam) atau rahmatan lilindonesiyin (rahmat bagi masyarakt Indonesia). Walaupun demikian, untuk menerapkannya tetap harus dimulai dari rahmatan lin nahdhiyin terlebih dahulu.

Dalam ceramahnya, Hasyim juga menyinggung tentang kekalahannya menjadi Cawapres mendampingi Megawati pada Pemilu Presiden (Pilpres) beberapa waktu lalu. Dia merasa sedih, bukan lantaran dirinya gagal jadi Wakil Presiden, namun lebih disebabkan karena NU belum bisa berbuat banyak untuk menghidupi dirinya sendiri. Akibat kekalahan itu, Hasyim mengaku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. “ Mudah-mudahan kabinet mendatang (pimpinan SBY-Kalla), dapat meletakkan NU pada posisi yang terhormat,” pintanya.

Di hadapan 568 peserta Konfercab, terdiri dari pengurus Pengurus Cabang NU (PCNU), Majelis Wakil Cabang (MWC), Ranting, Lajnah, Banom serta undangan, mantan Ketua PWNU Jawa Timur itu berpesan supaya warga NU tidak rakus untuk menjadi pemimpin.

“Prinsipnya tidak usah ngoyo, namun kalau diberi amanat memimpin ya diterima. Asal jangan sampai merasa bisa, namun sebaliknya bisa merasa. Yang baik  justru minta pertolongan Allah supaya bisa memimpin.. Hal itu dapat terjadi kalau didasari oleh keikhlasan,” tutur Hasyim Muzadi.

Kontributor: Wahid Nasiruddin