Warta

Ketum PB PMII : Pilkada, PMII Jangan Salah Sikap

NU Online  ·  Sabtu, 19 Februari 2005 | 01:22 WIB

Tulungagung, NU Online
Ketua Umum PB PMII (Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), Malik Haramain mengingatkan, 'nafsu politik' kader-kader PMII sangat tinggi. Itu sebabnya, menghadapi gawe besar Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) yang bakal digulirkan di berbagai penjuru tanah air, PMII hendaknya mensikapi proses politik pemilihan gubernur, bupati dan wali kota itu sebagai sebuah ujian bagi independensi organisasi yang secara historis sangat dekat dengan jam'iyah NU (Nahdlatul Ulama) ini.

''Nafsu politik kita sangat tinggi. Itu artinya, ketika muncul Pilkada di berbagai daerah, keberadaan PMII juga menjadi sesuatu yang strategis. Namun, kita berharap PMII tak salah sikap dalam menghadapi Pilkada,'' tegas Malik Haramain saat menyampaikan pidato dalam rangka pembukaan Konfercab (Konferensi Cabang) PMII Tulungagung, Jatim, Jumat (18/2) malam.

<>

Konfercab PMII Cabang Tulungagung berlangsung di gedung Kelurahan Jepun dan dijadualkan berlangsung hingga Ahad (20/2). Selain dihadiri Ketua Umum PB PMII, pembukaan Konfercab juga dihadiri mantan-mantan Ketua Umum PC PMII Tulungagung dan para alumninya. Pembukaan Konfercab dilakukan kader PMII yang kini menjabat Wakil Bupati Tulungagung, Moh. Athiyah, SH.

Malik Haramain mengungkapkan, proses Pilkada tak lama lagi akan banyak digelar di berbagai daerah. Dalam Pilkada itu, kata dia, suka atau tidak suka akan sangat berpengaruh bagi PMII. ''Yang diuji independensinya dalam Pilkada mungkin memang NU. Tapi, saya yakin PMII punya kedekatan emosional dengan NU.  Karena itu, independensi PMII dalam Pilkada harus tetap dijaga. PMII tak boleh masuk dalam pencalonan gubernur, bupati atau wali kota,'' tegasnya.

Di sisi lain, Malik Haramain juga mengingatkan, selama ini PMII belum mempunyai skenario building dalam membangun PMII ke depan. Bagaimana 'wajah' PMII untuk periode lima tahun, sepuluh tahun atau seratus tahun kedepan, belum banyak dipikirkan. ''Yang perlu kita lakukan sekarang membaca diri kita sendiri. PMII wajahnya seperti apa lima tahun, sepuluh tahun atau seratus tahun kedepan. Kita belum punya skenario building membangun PMII ke depan itu. Sering kita masih malu mengkritik diri kita sendiri,'' katanya.

Diungkapkan Malik, keberadaan OKP (Organisasi Kepemudaan) saat ini sudah semakin kehilangan magnet. OKP, katanya, sepertinya sudah mulai banyak yang melenceng dari fungsi moralnya. Itu sebabnya, sudah saatnya PMII membangun skenario building untuk mempersiapkan masa depannya. ''PMII harus mempersiapkan dua hal. Yaitu, capacity keder dan distribusi kader,'' tegas Malik Haramain.

Kapasitas kader-kader PMII, katanya, saat ini masih perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius. Demikian juga soal distribusi kader PMII ke sejumlah 'pos' penting juga harus dikembangkan. ''Kader-kader PMII harus bisa mengisi pos-pos penting di parpol, birokrasi, NGO dan jangan lupa juga mengisi pos penting di PBNU,'' katanya.

Bagaimana PMII bisa mewujudkan kapasitas dan distribusi kader itu? ''PMII mestinya membuat konsep seperti supermarket, bukan konsep Warung Tegal. Konsep seperti supermarket artinya PMII harus bisa menyediakan berbagai kebutuhan yang diinginkan masyarakat. PMII jangan membuat konsep seperti Warung Tegal yang hanya menyediakan satu jenis makanan saja, ''ungkap Malik.

Untuk membangun skenario buliding ke depan, mengutip istilahnya KH Tolhah Hasan, Malik Haramaian menyatakan, PMII jangan hanya menyiapkan kedernya yang hanya bisa terdistribusi dalam satu 'loket'.  ''Kita butuh kader yang bisa masuk ke banyak 'loket' ataupun kader yang mempunyai kekuatan untuk menyediakan 'loket-loket' itu. PMII ke depan membutuhkan kader multi disiplin, karena distribusi kader PMII sangat tidak komprehensif,'' tegasnya.

Kontributor : muhibuddin