Warta

Ketua PWNU Jatim: Nahdliyyin Jangan Ikut-Ikut Konflik PKB

NU Online  ·  Kamis, 12 Mei 2005 | 08:09 WIB

Surabaya, NU Online
Ketua PWNU Jawa Timur Ali Maschan Moesa mewanti-wanti agar warga nahdliyyin tak ikut-ikutan dalam konflik di berbagai parpol, khususnya di PKB yang saat ini tampaknya semakin meruncing dengan adanya pembekuan DPW PKB Jatim yang menjadi basis massanya yang paling besar di Indonesia.

“Tiap hari kita keliling ke berbagai daerah untuk memberi penjelasan tentang sikap NU dan menenangkan warga nahdliyyin. Selain itu kita juga bekerjasama dengan Polda Jatim untuk mengantisipasi konflik dalam masyarakat,” tandasnya ketika dihubungi per telepon (11/5).

<>

PWNU Jatim pantas khawatir terhadap mobilisasi massa dalam konflik tersebut untuk mendukung salah satu pihak. Beberapa waktu lalu, telah dilakukan protes menolak hasil muktamar PKB II di Semarang oleh massa yang berkumpul di depan kantor DPW PKB Jatim. Selain itu Garda Bangsa Jateng yang merupakan underbow PKB juga berencana menggelar apel yang melibatkan ribuan massa untuk menunjukkan kesetiaan pada satu kelompok.

PKB versi Alwi-Saifullah Yusuf juga direncanakan menggelar Munas Alim Ulama yang berlokasi di Asrama Haji Sukolilo Surabaya yang tentu saja akan melibatkan banyak sekali massa sehingga mau tidak mau PWNU Jatim harus mengantisipasi segala kemungkinan.

Jika konflik tersebut hanya berkutat dikalangan elit, maka efek yang ditimbulkannya tak terlalu besar dan lebih mudah untuk diselesaikan, namun jika sampai melibatkan massa dibawah akan semakin runyam dan sulit diselesaikan. Namun demikian Maschan yakin bahwa hal tersebut akan segera dapat diselesaikan. “Saifullah sendiri kan keponakan Gus Dur, jadi mungkin saja bisa segera diatasi,” imbuhnya.

Dalam hal ini, PWNU Jatim tak memihak siapapun dan menerima kunjungan baik dari kubu Saifullah Yusuf maupun Muhaimin Iskandar. “NU kalau dalam situasi gini-gini selalu dicari orang, tapi kalau dalam situasi tenang, mereka diam saja,” imbuhnya.

Berkaitan dengan beberapa kyai yang terlibat dalam konflik tersebut, dosen IAIN Sunan Ampel tersebut berpendapat bahwa mereka memang merupakan para kyai PKB yang memang memiliki kepentingan terhadap partai tersebut.

Menurutnya solusi terbaik untuk mengatasi masalah tersebut adalah rekonsiliasi antara dua belah pihak dan saling kompromi dengan mengedepankan kepentingan bersama, bukan zero sum game yang mana satu menang dan lainnya kalah total(mkf)