
Jakarta, NU Online. Ketua Umum PB NU KH Hasyim Muzadi beserta para tokoh lintas agama yang tergabung dalam Gerakan Moral Nasional Indonesia bertemu dengan Pimpinan Tertinggi Umat Katolik Dunia Paus Yohannes Paulus II di Vatikan 23 Februari 2003. Delegasi yang membawa misi perdamaian untuk mencegah terjadinya perang terbuka antara tentara sekutu di bawah pimpinan Amerika Serikat untuk menggempur Iraq yang secara kemanusiaan sudah sanagat menderita karena diembargo PBB selama beberapa tahun. Delegasi yang terdiri dari tokoh agama yaitu, KH Hasyim Muzadi, Kardinal Julius Darmaatmadja, Bhiksu Supeno Alidjurnawan, Dr. Syafii Maafarif, Dr. Nathan Setiabudi, Nyoman Suwanda dan Dr. Nurcholish Madjid.
Tokoh agama tersebut mewakili seluruh elemen masyarakat Indonesia yang s elama ini dengan gigih menolak agresi Amerika Serikat ke Irak, sebab tidak ada lasan apapun untuk melakukan perang, sebab Irak tidak melakukan kejahatan kemanusiaan melakukan perang dengan senjata pemusnah. Bahkan kalangan pendemo menilai hal itu hanya akal-akalan Amerika untuk merebut lading minyak di negeri seribu satu malam, yang masih melimpah ruah itu.
<>Kunjungan delegasai Gerakan Moral Nasional Indonesia tersebut juga sebagai dukungan bagi Vatikan yang selama ini gigih membela kemanusiaan, bahkan beberapa hari sebelumnya Paus Yohannes Paulus II mengutus Kardinal Roger Etchegaray sebagai delegasi resmi Vatikan ke Baghdad, yang dengan keberanian menerobos berbagai barikade dan melalui zona larangan terbang yang dikontrol Amerika Serikat secara sangat ketat, namun ia terobos, semata guna mencari langkah yang sungguh-sungguh untuk menyelesaikan konflik di Teluk Persia itu secara damai. Karena itu kunjungan para tokoh agama Indonesia mendapat sambutan hangat dari Paus, karena merasa memperoleh dukungan.
Pertemuan delegasi agamawan Indonesia dengan Paus Yohannes Paulus II di vatikan itu seolah merupakan puncak dari gerakan anti perang yang semula hanya berkembang di beberapa negara Asia, tetapi kemudian menyeruak keseluruh dunia, ke mudian beberapa negara Eropa seperti Perancis kemudian Jerman, yang kemudian secara serentak diikuti oleh negara lain. Termasuk negara yang selama ini menjadi pendukung setia Amerika seperti Inggris. Memang dunia masih menghendaki tatanan yang beradab karena itu mereka menolak setiap perang yang merupakan sumber kebiadaban.
Bagi kalangan NU seperti Hasyim Muzadi perjuangan perdamaian itu bukan sesuatu yang baru, sebab para pendahulu NU yang dulu dengan gigih mempelopori Konferensi Islam Asia Afrika sebagai kelanjutan Konferensi Asia Afrika, untuk memperjuangkan pembebasan dan kedamaian di dunia ketiga, dan negara-negara Islam khususnya yang baru merdeka. Keanekaragaman elemen yang menjadi delegasi juga mencerminkan pluralitas bangsa ini, suatu sikap yang memang menjadi watak dasar dari Nahdlatul Ulama. (M-2)Â
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Refleksi Akhir Safar, Songsong Datangnya Maulid
2
KH Thoifur Mawardi Purworejo Meninggal Dunia dalam Usia 70 tahun
3
Kuasa Hukum Rakyat Pati Mengaku Dianiaya hingga Disekap Berjam-jam di Kantor Bupati
4
Amalan Mengisi Rebo Wekasan, Mulai Mandi, Shalat, hingga Yasinan
5
Ramai Kritik Joget Pejabat, Ketua MPR Anggap Hal Normal
6
Pimpinan DPR Bantah Gaji Naik, tapi Dapat Berbagai Tunjangan Total hingga Rp70 Juta
Terkini
Lihat Semua