Kepahlawanan Banser Yogyakarta di Barak Merapi
NU Online · Selasa, 9 November 2010 | 23:06 WIB
Di hari pahlawan tahun ini, spirit kepahlawanan ditemukan di Yogyakarta. Ratusan ribu korban bencana Merapi membutuhkan uluran tangan. Bukan sekedar memberi, juga bukan sekedar tindakan karitatif, atau juga mengasihani. Butuh ketulusan untuk menyapa mereka yang berada di barak-barak pengungsian.
Kiprah itu diperankan oleh sahabat-sahabat Banser-Ansor NU yang sudah dua pekan berkorban untuk menolong nasib para korban bencana Merapi. Di beberapa titik tempat pengungsian, anggota Banser bergiliran berjaga mendampingi pengungsi, juga mendistribusikan logistik.<>
Asy'ari, koordinator Banser Posko NU Peduli Merapi menyatakan; sejak pertama kali Merapi erupsi (26/10), anggota Banser telah berada di lapangan. Terutama Satkorcab Sleman, yang dekat dengan zona bencana. Bahkan ketika melakukan evakuasi, salah satu anggota Satkoryon Banser Kasihan-Bantul, yang juga anggota PMI, wafat diterjang awsan panas bersamaan dengan Mbah Maridjan.
Di barak-barak besar seperti Jogja Expo Centre, Stadion Maguwoharjo, GOR Sleman, GOR UNY, kampus UII, dan Gelanggang dan Purna Budaya UGM, para 'tentara NU' selalu siap siaga. Mereka tulus beramal, bahu membahu menolong dan menyelamatkan para korban yang harus turun pada radius 20 km dari puncak Merapi.
Di barak-barak kecil pula, yang sampai saat ini luput dari perhatian pemerintah, peran Banser sangat vital. Di Balai Desa Tlogoadi, balai desa Wedomartani, beberapa contohnya. Di barak-barak tersebut, beberapa kegiatan langsung dipandu oleh Posko NU Peduli Merapi.
Selain Banser, relawan-relawan muda NU juga mengadakan trauma healing, untuk pengungsi yang tengah mengalami jenuh dan stress. Alissa Wahid, putri sulung almarhum Gusdur, terlibat menginisiasi kegiatan ini. Ketika memberikan pembekalan kepada 75 relawan NU, Mbak Lisa sapaan akrab Alissa Wahid menyampaikan target-target dari kegiatan ini.
"Trauma healing ini diharapkan bisa mengurangi trauma para pengungsi, membangun motivasi belajar anak-anak di barak pengungsian. Yang terpenting juga, mengenalkan hidup berkomunitas untuk anak-anak, juga mengenalkan kebhinekaan," terang Alissa.
Secara terpisah juru bicara PW GP Ansor DIY, Gugun El-Guyanie, menyatakan bahwa Banser yang selama ini dipandang sebelah mata, selalu memiliki peran-peran strategis di ruang sejarah, baik masa lalu, masa kini, juga masa datang. "Buktinya, di setiap barak pengungsian, di puncak Merapi, mereka siap mati untuk kemanusiaan dan kebangsaan." (yan)
Terpopuler
1
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
2
Rais 'Aam PBNU Ajak Pengurus Mewarisi Dakwah Wali Songo yang Santun dan Menyejukkan
3
Kisah Levina, Jamaah Haji Termuda Pengganti Sang Ibunda yang Telah Berpulang
4
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
5
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
6
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
Terkini
Lihat Semua