Warta

Kemenangan Mahmoud Tonggak Kemandirian Iran

NU Online  ·  Rabu, 29 Juni 2005 | 07:33 WIB

Teheran, NU Online
Mayoritas rakyat Iran akhirnya memutuskan memilih pemimpin dari kubu konservatif, Mahmoud Ahmadinejad, yang digambarkan pers Barat sebagai pemimpin garis keras. Kemenangan Ahmadinejad atas Ali Akbar Hashemi Rafsanjani yang lebih moderat itu menjadikan seluruh tonggak kekuasaan di Iran kini dikuasai tokoh-tokoh konservatif.

Terpilihnya Mahmoud setelah melalui dua kali putaran pemilihan sontak jadi berita di halaman pertama harian-harian Eropa. Pemerintahan negara-negara Barat khawatir, kemenangan Ahmadinejad akan menguatkan kecenderungan radikalisasi di Republik Iran.

<>

Sebelumnya seperti dikutip Voa News, Menteri Luar Negeri Amerika Condoleezza Rice mengatakan pemilihan presiden Iran gagal sebagai cara untuk melaksanakan demokrasi karena pemimpin-pemimpin agama yang tidak dipilih rakyat memutuskan siapa yang dapat mencalonkan diri.
 
Kantor Berita AFP melaporkan, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS Sean McCormack membuat pernyataan intervensif mengenai pemilu di Iran. Menurut McCormack, pemilu di Iran sekarang ini adalah sebuah atraksi pembohongan kepada publik, karena menurutnya, semua kandidat presiden itu dipilih oleh kelompok yang tidak merepresentasikan aspirasi rakyat Iran. Karenanya, pada dasarnya rakyat Iran sama sekali tidak memiliki pilihan apapun.

BBC News melaporkan, kemenangan tokoh yang digambarkan pers Barat termasuk golongan ultrakonservatif itu mengejutkan semua pengamat. Mereka umumnya tidak menduga sama sekali jika mantan Wali Kota Teheran itulah yang akhirnya menjadi pemenang pada pemilu Iran, mengalahkan mantan Presiden Ali Akbar Hashemi Rafsanjani yang digambarkan lebih moderat.

Kemenangan Ahmadinejad kemungkinan besar karena pendekatannya yang sangat baik terhadap kelompok miskin Iran dan tekadnya untuk memerangi korupsi serta melawan dekadensi moral yang ditularkan Barat.

Kemenangan Ahmadinejad itu menunjukkan mayoritas rakyat Iran memilih berdasarkan pandangan ideologisnya. Rakyat Iran, digambarkan BBC News, melihat banyak konsumerisme, belanja besar- besaran oleh kelompok-kelompok elite di Teheran. Namun, mayoritas rakyat Iran tidak merasakan keuntungan apa-apa dari meningkatnya pendapatan minyak negaranya.

Oleh karena itu, pilihan rakyat untuk menolak status quo menggambarkan dalamnya frustrasi ekonomi di kalangan rakyat Iran. Ahmadinejad memang menawarkan redistribusi penghasilan negara dari minyak kepada seluruh rakyat Iran dan menasionalisasi kembali aset- aset negara.

Menurut sumber NU Online, mengatakan kemenangan Mahmud Ahmadinejad bagus untuk menjaga kemandirian Iran. Fakta bahwa Iran saat ini semakin dilirik oleh banyak rakyat di negara-negara Islam, khususnya di Timur Tengah, sebagai model alternatif kehidupan bernegara, tenru sangat mengkhawatirkan AS. Upaya implementasi Proposal Timur Tengah Raya yang digagas AS memang boleh jadi akan berujung kepada terjungkalnya rezim-rezim monarki di Timur Tengah.

"Akan tetapi, jika pilihan penggantinya jatuh kepada sistem demokrasi religius gaya Iran, kepentingan AS justru akan semakin terancam. Inilah sebenarnya motif di balik upaya diskreditasi AS terhadap pemilu di Iran, sebuah upaya yang kemungkinan besar kembali akan membentur kegagalan," ujar sumber yang enggan disebut namanya itu.

Kritik AS

Berbeda dengan Rafsanjani (70) yang difavoritkan memenangi pemilu dan menggambarkan dirinya sebagai seorang liberal yang menginginkan hubungan lebih baik dengan Barat, Ahmadinejad mengajak rakyat Iran untuk tidak melupakan prinsip-prinsip revolusi Iran. Pandangan-pandangan dia terhadap Barat pun dinilai kurang menunjukkan adanya kemauan bekerja sama.

Mengenai hubungan dengan Amerika Serikat, presiden baru Iran itu pernah menyampaikan bahwa hubungan dengan AS bukanlah obat untuk menyembuhkan penyakit rakyat Iran.

”Republik Islam Iran tidak takut untuk memperbaiki hubungan, tetapi ... bagaimana melakukannya harus dipelajari dulu sehingga kemerdekaan, harga diri, dan kepercayaan diri bangsa Iran tidak terganggu,” paparnya beberapa waktu lalu.

Dia menilai tindakan-tindakan multilateral yang dilakukan AS untuk merusak hubungan dengan Republik Islam ditujukan untuk merusak revolusi Islam. ”Amerika bebas untuk merusak hubungannya dengan Iran, tetapi tetap saja Iran sendiri yang akan memutuskan untuk membangun hubungan dengan Amerika,” ujarnya tegas.

Dari Washington, kemenangan tokoh yang digambarkan bergaris keras itu karena pemilu yang cacat dan menggambarkan kemenangan Ahmadinejad sebagai keluar dari jalur kecenderungan regional menuju demokrasi.

Meski demikian, pejabat di Depar