Warta

Kecolongan, Pospenas Diikuti Atlet Non-Santri

NU Online  ·  Jumat, 16 Juli 2010 | 00:28 WIB

Surabaya, NU Online
Pelaksanaan Pekan Olahraga dan Seni Pondok Pesantren Tingkat Nasional (Pospenas) V 2010 sudah usai, dan Jawa Timur akhirnya keluar sebagai juara umum. Namun cerita tentang Pospenas masih belum usai seiring dengan banyaknya atlet non-santri yang bertanding.

Sebagai juara umum, Jatim memang tak lepas dari berita penggunaan atlet non-santri. Bahkan di penghujung even, mereka akhirnya mengaku sudah menggunakan jasa atlet non santri. Sebagai imbalan, mereka rela menyerahkan 11 emas dari total 57 emas yang berhasil mereka peroleh.<>

Selain itu sebagian cabor juga menarik mundur atlet yang ketahuan berasal dari kalangan non-santri. Meski atlet itu sudah masuk babak final. Kisruh atlet selama POSPENAS mendapat perhatian dari Ketua Umum KONI Surabaya, Heroe Poernomohadi. Heroe menyerukan untuk melakukan tata ulang.

Heroe memang menjadi satu diantara sekian banyak orang yang dirugikan dengan pelaksanaan Pospenas. Bagaimana tidak, banyak atlet Puslatda KONI Surabaya yang 'mendadak' menjadi santri demi membela Jatim. Padahal menurut Heroe, upaya kontingen Jatim ini sangat tidak benar.

"Jangan hanya mementingkan kepuasan sesaat. Nanti atlet yang akan jadi korban. Karier mereka bakal terancam," ucap Heroe, Kamis (15/7) seperti dikutip beritajatim.com.

Pria yang menjadi suksesor Saleh Ismail Mukadar ini menyarankan agar panitia pusat melakukan evaluasi hasil even dua tahunan itu. "Seharusnya even seperti ini harus koordinasi dengan KONI. Selama ini KONI tidak pernah mendapat surat permintaan peminjaman atlet Puslatda. Pospenas harus ditata ulang," sambung Heroe.

Ia bercerita, kasus Pospenas memang bukan hal baru. Sebelumnya kasus serupa juga ditemui di ajang Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas). Sama dengan Pospenas, waktu itu dia dirugikan karena banya atletnya yang dibajak untuk membela di Popnas. Tapi setelah dilakukan tata ulang, akhirnya Popnas pun dibuat berjengang.

Sebelum melangkah, terlebih dulu atlet harus bertanding di Popkab atau Popkot di masing-masing kabupaten/kota. Tahap selanjutnya adalah POPDA. "Harusnya seperti Popnas. Seluruhnya dimulai dari tingkat paling bawah," tutup Heroe. (sam)