Warta

Kang Said: Kita Jangan Terjebak pada Ekstrimisme atau Liberalisme

NU Online  ·  Jumat, 10 Juni 2005 | 08:01 WIB

Jakarta, NU Online
Islam sebagai sebuah agama saat ini terus berkembang, menyesuaikan diri dengan kondisi masyarakat yang ada. KH Said Aqil Siradj berpendapat bahwa ajaran agama memang harus dinamis, namun tidak boleh sampai ekstrim atau liberal.

“Terdapat dua hal yang tidak kita diinginkan, satu liberal dan satu ekstrim. Dua-duanya tidak berguna dan tidak manfaat. Yang ekstrim akan menjadi bumerang karena Islam tidak mengajarkan kekerasan, tetapi mengajarkan sesuatu yang santun dan lemah lembut,” tandasnya di PBNU (9/6).

<>

Yang liberal juga memberi mudharat. “Revitalisasi penting, rekonstruksi penting tapi ada wilayahnya sendiri-sendiri dan itu sangat luas. Tolong ketentuan baku dalam Qur’an yang hanya lima persen jangan diungkit-ungkit, yang sudah qot’i yang sudah disepakati. Itu berarti kita taqlid kepada para ulama dahulu? Ya memang demikian, NU taklid kepada para ulama, harus menjaga orisinilitas dan mata rantai geonologi,” tandasnya.

NU mengikuti ajaran imam empat bukan berarti taklid yang membabi buta, tetapi juga mengembangkannya. “Pada prinsipnya hidup ini mengikuti pendahulu kita, yang paling atas Nabi Muhammad, kemudian para sahabat, tabi’in dan seterusnya, termasuk imam empat,” imbuhnya.

Kang Said berpendapat bahwa potensi kyai muda NU sebenarnya luar biasa, tetapi masih terbatas dalam bidang fikih. Yang ada baru qoriul (membaca) qur’an, qoriul fikih, pembaca saja. Sebenarnya harapkan mereka juga menjadi ahli, mampu mengaktualisasikan dirinya sehingga menjadi mufassir dengan ilmu yang sudah didapatinya, tentu saja dengan tidak ngawur.

“Kita ingin menjadi mufassir kecil-kecilan setelah mengaji tafsir, kita ingin menjadi ahli fikih setelah mengaji fikih, pandai membaca, kita sudah berhenti disitu, hanya pembaca kitab, ini yang kita sayangkan,” imbuhnya.

Kyai ke depan harus mampu menghadapi tantangan dengan tidak mengabaikan agama dan moral. Ada prinsip baku yang tak boleh digeser, tetapi terdapat hal-hal yang harus diaktualisasikan secara terus menerus dan harus dilakukan.

Kang Said mengharapkan ulama kita seperti ulama di Mesir atau Saudi. Seorang ulama yang mengerti ekonomi, bahasa Inggris, dan lainnya. Atau seorang dokter yang mengerti Qur’an walaupun dangkal saja, mengerti sejarah perjuangan nabi dan lainnya, walaupun dia berpendidikan umum atau aktifitas kesehariannya tidak dalam bidang agama.(mkf)