Warta

Kalau Nahdliyyin Makan Produk Petani, Pengangguran Teratasi

NU Online  ·  Ahad, 29 Juni 2008 | 17:37 WIB

Jakarta, NU Online
Kalau warga Nahdlatul Ulama (Nahdliyyin) membiasakan memakan produk-produk petani Indonesia sendiri maka pengangguran akan teratasi. Sekitar 40 juta warga Nahdliyyin akan bisa membuka lapangan pekerjaan baru buat para penganggur.

Sektor pertanian, kata Ketua Pengurus Pusat Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Subyakto Tjakra Wardaja, harus digenjot untuk mengatasi pengangguran yang semakin terbuka pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)<>.

Hal tersebut dikatakannya saat berbicara dalam seminar bertema "Efek Kemiskinan dan Kekerasan Harga BBM" yang diadakan oleh Keluarga besar NU, Jumat (27/6) lalu di Aula Gedung PBNU Jl. Kramat Raya 164 Jakpus.

Subyakto menyontohkan, anggur yang disediakan di mejanya ternyata adalah produk impor. Dia mengkritik kebiasaan para aktivis pembela ekonomi rakyat yang secara diam-diam mendukung praktik ekonomi berfaham neoliberalisme.

“Maftuh (aktivis penolakan BBM) mengorbankan jiwanya, sementara saudara makan anggur asem saja mengeluh. Saudara tidak mau berkorban untuk petani. Padahal banyak juga produk petani yang bagus,” katanya.

Pada kesempatan itu Direktur Econit Henri Saparini menyampaikan, alasan pemerintah menaikkan BBM sebagai cara satu-satunya cara apalagi sampai diiklankan di berbagai media massa adalah pembohongan terhadap masarakat.

Henri memberikan alternatif cara penundaan pembayaran bunga rekap sejumlah Rp 42 triliun rupiah. Sementara kebijakan penaikan BBM konon hanya  ingin menghemat APBN sebasar 35 triliun rupiah.

“Sekarang kita tidak usah berfikir menunda utang luar negeri, menunda bunga rekap saja sudah cukup untuk mengatasi krisis BBM. Lagi pula kalau kenaikan BBM dengan alasan penghematan APBN, kenapa dalam APBNP justru mengalami pembengkakan,” katanya.

Dikatakannya kenaikan BBM hanyalah percikan api saja persoalan besar dalam pengelolaan migas. Dirinya berharap angket DPR RI yang baru jaya disepakati dapat menguak berbagai modus kesalahan dalam mengelola sektor migas di Indonesia. (nam)