Kairo, NU.Online
Islam tidak harus dipahami dengan peperangan, violence dan praktek-praktek anarkhisme lainnya. Peperangan adalah jalan terakhir setelah dilakukan pendekatan secara persuasif untuk menyelasikan sebuah problem. Jihad dalam islam, hendaknya dipahami sebagai usaha untuk mencapai tujuan (baik private atau public) dengan tindakan yang mengedepankan perdamaian, rasionalitas dan kearifan. Demikian hasil "diskusi serial bedah buku pemikiran islam", Dr. Muhammad Imarah yang tertuang dalam karyanya, Al-Islam Wa Al-Hurub Al-Diniyah (Islam dan Perang Agama) dan pemikiran Hasan Al-Banna dengan bukunya, Al-Jihad yang diadakan anggota NU Mesir Junior yang tergabung dalam Al-Mu'ashir Study Club (MiSCu) (23/07/2003).
Kedua tokoh ini sangat menyayangkan kelompok radikalis (baik Islam atau non Islam), yang mengidentikkan terminologi jihad dengan kekerasan dan pertumpahan darah. Dalam pemahaman mereka, jihad (perang) adalah perintah suci, sehingga, merupakan kebanggaan tersendiri bagi mereka (kelompok radikalis), jika meninggal dalam medan pertempuran.
<>Menurut Jamal, salah satu presenter dalam bedah buku kali ini, Jihad semacam ini sudah tidak relevan lagi dalam konteks kekinian, karena paradigma umat islam sekarang sangat jauh berbeda dengan paradigma masa silam. Jika jihad masa lalu adalah untuk 'mati di jalan Tuhan', tetapi jihad masa kini adalah 'untuk hidup'.
Diskusi semakin menegangkan, pro kontra terjadi, satu pihak bersih keras mempertahankan tentang konsepsi klasik jihad, semetara dipihak lain menginginkan pembaharuan dan reinterpretasi terhadap dogma-dogma klasik yang sudah tidak relefan lagi. Perdebatan diikuti oleh generasi muda NU yang sedang menuntut ilmu di bumi kinanah, negeri para revolusioner dunia.
Pada kesempatan yang sama juga digelar rapat panitia Lokakarya dan Temu Kader NU untuk yang ketiga kalinya, rapat tersebut dihadiri sekitar 30 peserta, pembahasan dalam pertemuan kali ini adalah laporan dari tiap-tiap divisi mengenai agenda kerja yang sudah terealisasikan dan sejauh mana persiapan mereka menghadapi acara 30 Juli– 01 Agustus mendatang.(Pertemuan Internasional II)
Sementara itu, di tempat dan waktu yang sama aktifis LAKPESDAM pun melaksanakan aktifitasnya, diskusi tentang "Sosiologi Pemikiran Islam" yang dilaksanakan secara berkala setiap 10 hari. Kali ini mereka megkaji tentang 'Ibnu Khaldun dan Sosiologi; Upaya Pencarian Benih-benih Ilmu Sosial dalam Pemikiran Ibnu Khaldun', yang disampaikan oleh Muhammad Ainun Najib, dan Yusuf Abdullah yang mempresentasikan makalahnya, 'Arab dan Pemikiran Sejarah; Sosiologi Fersi Abdullah Laroui'.
Sangking menariknya, perdebatan pun berlangsung selama kurang lebih empat jam, mulai 17.30 samapi 21.30 WK. Generasi NU Mesir memang sangat haus dengan wacana-wacana keagamaan yang lebih proaktif dan progresif, hal itu nampak jelas dalam perjalanannya, sejak masa Gus Dur, pendiri KMNU (Keluarga Masyarakat Nahdlatul Ulama), yang sekarang berubah menjadi PCI NU, sampai saat ini yang selalu memprioritaskan kegiatan-kegiatan intelectual oriented Semoga pemikiran dan karya-karya mereka dapat memberikan konstribusi positif bagi masa depan organisasi dan negara. [Ulinnuha, Kru Afkar Kairo.red]
Terpopuler
1
Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju
2
Ketua PBNU Sebut Demo di Pati sebagai Pembangkangan Sipil, Rakyat Sudah Mengerti Politik
3
Khutbah Jumat: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para Pemimpin
4
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
5
Sri Mulyani Sebut Bayar Pajak Sama Mulianya dengan Zakat dan Wakaf
6
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Wujud Syukur atas Kemerdekaan Indonesia ke-80, Meneladani Perjuangan Para Pahlawan
Terkini
Lihat Semua