Warta

Israel Dusta Soal Kebebasan Beribadah

NU Online  ·  Sabtu, 22 November 2003 | 21:27 WIB

Sana’a, NU.Online
Kebebasan melaksanakan ibadah bagi semua pemeluk agama sebagaimana selama ini diklaim Israel apabila menguasai seluruh tanah suci Al-Quds hanya isapan jempol (bohong) belaka.

Itu antara lain dapat dibuktikan dengan berbagai blokade dan larangan masuk yang dilakukan pasukan pendudukan Israel terhadap warga Muslim Palestina untuk melaksanakan shalat Jum’at (21/11) terakhir pada bulan suci Ramadhan tahun ini.

<>

Ratusan ribu orang yang berpuasa (soimin) hari Jum’at terakhir tersebut terpaksa melaksanakan shalat Jum’at di tanah suci Umat Islam ketiga itu --setelah Makkah dan Madinah-- di bawah blokade dan pengawasan tentara penjajah.

"Pemandangan di lapangan tersebut, hanya terlihat saat pendudukan Israel. Selama ribuan tahun termasuk pada masa penjajahan Barat, hak untuk beribadah di Masjid Al-Aqsha benar-benar dibebaskan," kata sejumlah pengulas.

Pemandangan hari Ju’mat itu makin memperkuat keyakinan bangsa Palestina untuk terus memperjuangkan tanah suci Umat Islam tersebut agar tidak dikuasai oleh Zionis Israel apapun tebusannya.

"Ribuan orang yang akan masuk ke masjid adalah orang tua di atas 50-an tahun. Namun mereka tetap dikembalikan oleh tentara Israel ke tempat mereka datang padahal mereka menempuh jarak sangat jauh akibat blokade," lapor sejumlah media setempat, Sabtu (22/11).

Janji pemerintah Zionis itu memberikan kebebasan masuk ke Masjidil Aqsha bagi mereka yang telah berumur 45 tahun ke atas hanya janji belaka. "Janji ini semata-mata untuk mengelabui masyarakat dunia saja," lapor harian Al-Quds.

Karena itu, kekhawatiran bahwa kiblat pertama Umat Muslim tersebut, bila Israel menguasainya, bisa diubah menjadi tempat ibadah Yahudi ekstrim karena dugaan tanpa fakta tentang puing kuil Solomon berada di bawah masjid itu, dipandang bukan tanpa dasar. Salah satu buktinya adalah larangan shalat Jum’at tersebut, kata surat kabar tersebut. (atr/Cih)***