Warta

Islam di Indonesia Baru Kulitnya

NU Online  ·  Rabu, 13 Mei 2009 | 05:01 WIB

Jakarta, NU Online
Pengamalan Islam yang dilakukan di Indonesia saat ini baru menyentuh kulitnya saja, belum sampai pada tataran substansi dari nilai-nilai yang terkandung di dalam Islam. Tak heran, berbagai macam kasus seperti korupsi dan perselingkuhan marak terjadi yang melibatkan masyarakat bawah sampai elit negara terus terjadi.

“Kita beragama Islam tidak mantap, terwujud dari banyaknya kasus. Islam di Indonesia baru kulitnya, belum isinya. Baca Qur’an ya baca saja, belum memaknai dan mengamalkan artinya. Agamanya Islam, tetapi korupsi, selingkuh. Ini imannya tidak kuat, kalau kuat, pasti menilai agama di atas segala-galanya,” kata Ketua LDNU KH Nuril Huda, Rabu (13/5).<>

Ia menjelaskan, salah satu indikator yang tampak bahwa agama belum menjadi bagian terpenting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat adalah saat menyekolahkan anak. Saat mendaftar ke SD, anak diantar kadua orang tuanya, tetapi ketika belajar mengaji di masjid atau majelis taklim, banyak yang tidak ditemani untuk bertemu dengan guru ngajinya.

“Agama masih menjadi sampiran (sampingan.red) saja, Ilmu umum hanya pengantar, bukan idealisme,” tandasnya.

Merujuk pada sebuah penelitian, Dai kondang ini mengemukakan, di negera-negara maju dan kaya seperti di Amerika Serikat, Jepang dan Swedia, meskipun masyarkatnya sudah makmur, ternyata berbagai kasus kriminalitas dan perilaku menyimpang seperti bunuh diri marak terjadi.

“Apakah kalau negara makmur, semua tidak kurang sandang pangan, rakyatnya mesti baik, ternyata tidak. Orang masih perlu ikatan agama, tak hanya butuh harta,” imbuhnya.

Lalu bagaimana agar tidak terjebak dalam berbagai tindakan tercela, Alumni pesantren Langitan Tuban ini menuturkan solusinya adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah. “Orang yang jauh dari Allah tidak ditolong oleh Allah, jika dekat dengan Allah, akan berbuat zina, akan ditolong, akan korupsi, dia tidak jadi,” pungkasnya. (mkf)