Iran menerima kiriman bahan bakar nuklir pertama dari Rusia, Senin (17/12) sebagai upaya untuk mengawali operasi reaktornya di Bushehr pada 2008.
President Amerika Serikat (AS) George W Bush menyambut baik kerjasama Rusia-Iran dan mengatakan bahwa negeri para Mullah itu tidak perlu memperkaya uranium. Bush, meski begitu, tetap menganggap Iran sebagai "ancaman bagi perdamaian".<>
Namun Iran bersikukuh akan terus melanjutkan program pengayaan uraniumnya sebagai bagian dari upayanya untuk tujuan damai, yaitu sebagai pembangkit tenaga listrik.
AS semula menentang keterlibatan Rusia dalam proses pembangunan reaktor reaktor Bushehr dan penyediaan bahan bakar nuklir. Demikian sumber AP melaporkan.
Rakyat Iran menganggap keputusan Rusia untuk mengirimkan bahan bakar nuklir sebagai sebuah kemenangan bagi Iran, seperti pernyataan Wakil Presiden Gholam Reza Aghazedah yang menyebutnya sebagai sebuah "pesan bagi dunia".
Aghazadeh mengatakan, Iran tetap melanjutkan aktifitas uraniumnya di stasiun pembangkit di kota Natanz untuk menyediakan bahan bakar bagi reaktor nuklir lainnya yang menurut rencana berada di barat daya Iran.
"Sekarang kami sedang membangun sebuah pembangkit tenaga nuklir berkekuatan 360 megawatt di Darkhovin yang diperlukan di stasiun pembangkit ini yang (bahan bakar nuklirnya) harus disuplai dari Natanz," kata Agazadeh yang sempat berkunjung ke Indonesia beberapa waktu lalu.
Barat selalu menuding pengayaan uranium Iran dimaksudkan untuk membuat senjata nuklir. Para pengamat menilai, pengiriman bahan bakar memungkinkan Barat meningkatkan upaya menjatuhkan sanksi PBB lebih jauh terhadap Iran. (dar)
Terpopuler
1
Fadli Zon Didesak Minta Maaf Karena Sebut Peristiwa Pemerkosaan Massal Mei 1998 Hanya Rumor
2
Mendesak! Orientasi Akhlak Jalan Raya di Pesantren
3
40 Hari Wafat Gus Alam, KH Said Aqil Siroj: Pesantren Harus Tetap Hidup!
4
LD PBNU Ungkap Fungsi Masjid dalam Membina Umat yang Ramah Lingkungan
5
Mendaki Puncak Jabal Nur, Napak Tilas Kanjeng Nabi di Gua Hira
6
Orang-Orang yang Terhormat, Novel Sastrawan NU yang Dianggap Berbahaya Rezim Soeharto
Terkini
Lihat Semua