Warta

IPNU Sangat Prihatin Radikalisme Berkembang di Kalangan Pelajar

NU Online  ·  Ahad, 20 November 2011 | 12:01 WIB

Padang, NU Online
Maraknya tindakan radikalisme belakangan ini tidak bisa dilepaskan dari adanya kebijakan di era tahun 1980-an yang hanya membolehkan OSIS satu-satunya organisasi siswa di sekolah pertama dan menengah. Padahal sebelumnya, berbagai organisasi pelajar berbasis agama berkembang di sekolah. Seperti organisasi pelajar PII, IPNU, IPPNU, IRM dan sebagainya.
<>
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) sangat prihatin radikalisme sudah memasuki dunia pelajar. ”Konsisten IPNU terus menyuarakan langkah-langkah meredam radikalisme dikalangan pelajar mendapat sambutan positif dari Wapres RI Boediono saat bersilaturrahmi beberapa waktu lalu. IPNU dinilai tetap konsisten dengan program-programnya mencegah paham radikalisme berkembang dikalangan pelajar,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat IPNU Ahmad Syauqi dihadapan peserta Konferensi Wilayah IPNU Sumatera Barat, Sabtu (20/11) malam di Aula PWNU Sumbar Jl. Ciliwung No. 10 Padang.

Menurut Syauqi, kebijakan di era Orde Baru yang hanya mengizinkan OSIS satu-satunya organisasi pelajar di sekolah telah menutup mati organisasi pelajar berbasis agama untuk memperkuat paham keagamaan yang berbasis nilai-nilai kebangsaan di kalangan pelajar. ”Sehingga produknya saat ini banyak paham keagamaan yang radikal bahkan mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Syauqi.

Bagi IPNU, kata Syauqi, NKRI sudah merupakan bentuk final dari negara Indonesia yang majemuk ini. ”Untuk memperkuat paham kebangsaan yang berlandasakan nilai-nilai keagamaan tersebut, IPNU mendapatkan respon dari Wapres RI Boediono untuk terus mengembangkannya di kalangan pelajar,” kata Syauqi.

Dikatakannya, guna menggelorakan semangat tersebut ke tingkat wilayah dan cabang IPNU, konsolidasi organisasi gencar dilakukan. Ditargetkan tahun ini hampir seluruh Indonesia sudah kita konsolidasi untuk menggiatkan pencegahan berkembangnya paham radikal di kalangan pelajar.

Sementara itu, Wakil Sekretaris PWNU Sumbar Bagindo Armaidi Tanjung menambahkan, IPNU sebagai organisasi pelajar saat ini menghadapi tantangan yang berat. Karena persoalan pelajar makin hari makin kompleks. Seperti terlibat narkoba, pergaulan bebas, tawuran antar pelajar, radikalisme dan efek negatif dari percepatan perkembangan teknologi.

”Sistem pendidikan kita terkadang kurang menjawab masalah kekinian. Masalah anak bangsa kini adalah krisis moral dan akhlak, tapi kriteria ujian nasional (UN) tak satupun mata pelajaran moral dan akhlak. Anak lulus dan pintar hanya dinilai jika mata pelajaran matematika, fisika, meraih angka tertinggi. Sekalipun anak tersebut suka pembohong, jahil, usil dan tidak melakukan kewajibannya sebagai pemeluk agama yang dianutnya,” kata Armaidi Tanjung.

Tidaklah mengherankan kalau pelajar banyak terlibat tawuran, narkoba, tindakan radikal, pergaulan bebas dan pembohong, karena hal itu tidak merupakan penilaian untuk lulus UN, katanya.

Terpilih sebagai Ketua IPNU Sumbar tiga tahun ke depan Usman, dari lima kandidat masing-masing Ory Satifa Sakban, Wendri, Luki Permensyah dan Pebriyaldi



Redaktur : Mukafi Niam