Dalam momentum pemilihan presiden ini, seluruh kandidat berusaha berkomunikasi dan menarik perhatian seluruh tokoh masyarakat yang dianggap mampu mempengaruhi para pemilih. Salah satu yang cukup getol berkomunikasi dengan warga NU adalah capres Golkar Jusuf Kalla (JK)
"Kiai NU kalau mau ketemu Pak JK cukup SMS, berangkat ke Jakarta setelah itu pasti ketemu. Prosedurnya tak rumit," kata pimpinan Pondok Tebuireng Jombang, KH Solahuddin Wahid (Gus Solah).<>
"Pak JK tak hanya dekat dengan tokoh NU, dengan tokoh dan pimpinan Muhammadiyah juga dekat. Itulah kelebihan Pak JK dibanding capres lainnya. Hal itu mesti didayagunakan dan dimanfaatkan secara optimal oleh tim pemenangannya," tegas Gus Solah.
Realitas politik yang ada menunjukkan dari 3 figur capres di ajang pilpres 2009 ini, JK secara psikologis, kultural, dan historis paling dekat dengan tokoh NU dan Muhammadiyah. JK dan keluarganya dikenal sebagai elite dan aktivis NU di Sulawesi Selatan. Ayahnya, Haji Kalla lama aktif sebagai pengurus NU.
Hubungan JK dengan Muhammadiyah secara tak langsung terajut sejak Ketua Umum Partai Golkar ini aktif di HMI saat kuliah FE Universitas Hasanuddin Makassar. HMI dikenal sebagai organisasi ekstrakampus yang dekat dengan tokoh-tokoh Masyumi di era demokrasi parlementer, di mana banyak tokoh dan pengurus Muhammadiyah terlibat sebagai pengurus DPP Partai Masyumi. Tak mengherankan jika sekarang relasi JK dengan Muhammadiyah tetap terajut dengan baik.
"Ingat! Pemilih Islam di Jawa sebagian besar adalah warga NU secara jamaah. Mereka menjalankan ritual keagamaan sebagaimana digariskan dalam ajaran NU yang berpaham ahlussunnah wal jamaah. Tapi, pengaruh Muhamamdiyah juga tak kecil, terutama di DI Yogyakarta dan Jateng," tegas Gus Solah.
Menurut Gus Solah, posisi hubungan JK-NU yang dekat itu diketahui banyak tokoh dan kiai NU di tingkat nasional maupun daerah. Tak mengherankan, kata Gus Solah, dalam beberapa kali kunjungan ke sejumlah daerah di Jawa, terutama di Jateng, Jatim, dan DI Yogyakarta, JK diterima secara terbuka kiai-kiai NU berpengaruhnya di daerah setempat.
"Potret Pak JK yang mudah dihubungi dan diajak komunikasi diketahui banyak tokoh dan kiai NU di tingkat nasional maupun daerah," jelasnya.
Merebut pemilih di Pulau Jawa di ajang pilpres 2009 ini, menurutnya, mesti mempertimbangkan faktor NU dan kelompok Islam abangan. Pengaruh NU di Jateng dan Jatim sangat signifikan. Dalam perspektif demikian, yang mesti dipegang adalah kiai-kiai NU tingkat lokal yang memiliki pengaruh kuat di lingkungan masyarakat sekitarnya.
"Memang butuh silaturrahmi politik yang intensif dan keras. Saya kira itu bisa dilakukan Pak JK mengingat latar sejarahnya yang sudah dekat dengan banyak tokoh NU di Jatim dan Jateng maupun dengan kalangan Muhammadiyah. Pak JK bisa berkomunikasi secara baik dengan Pak Hasyim Muzadi (NU), Pak Amien Rais dan Pak Din Syamsuddin (keduanya tokoh Muhammadiyah)," ingat Gus Solah. (beritajatim.com/mad)
Terpopuler
1
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
2
Khutbah Jumat: Meneguhkan Qanaah dan Syukur di Tengah Arus Hedonisme
3
Gus Yahya Dorong Kiai Muda dan Alumni Pesantren Aktif di Organisasi NU
4
MK Larang Wamen Rangkap Jabatan di BUMN, Perusahaan Swasta, dan Organisasi yang Dibiayai Negara
5
Pemerintah Perlu Beri Perhatian Serius pada Sekolah Nonformal, Wadah Pendidikan Kaum Marginal
6
KH Kafabihi Mahrus: Tujuan Didirikannya Pesantren agar Masyarakat dan Negara Jadi Baik
Terkini
Lihat Semua