Jakarta, NU Online
Kebanyakan seminar tentang Islam hanya membahas dari teks-teks al Qur’an dan mengagungkan kebesaran masa lalu Islam yang jaya dengan mengabaikan persoalan yang saat ini dihadapi masyarakat. Karena itulah seminar ini diharapkan dapat mengarah pada implementasi pada ayat-ayat kauniyah atau program nyata.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Sastro Ngatawi, dalam konferensi pers International Conference of Islamic Scholars yang dilakukan di kantor departemen luar negeri Jakarta (10/02).
<>Karena itulah pada akhir konferensi akan disiapkan dokumen berupa deklarasi yang merangkum butir dasar dari pokok-pokok pikiran yang dihasilkan dalam acara tersebut sekaligus program aksi yang akan dijalankan yang akan berfokus pada tiga bidang berupa pendidikan, ekonomi, dan media.
Dirjen Polsoskam Deplu Makmur Widodo mengatakan bahwa agar program tersebut dapat berjalan dengan baik, maka ada kemungkinan bahwa akan dibuat kelompok kerja lanjutan dengan sebuah sekretariat ataupun sekretariat virtual.
Dengan pandangan Islam yang ramah dan toleran, Islam Indonesia dapat menjadi sebuah pandangan Islam alternatif di masa mendatang dan dalam seminar inilah, hal ini dapat dibuat sebuah konsep yang matang.
Dalam hal ini, Makmur Widodo juga menjelaskan bahwa pemerintah mendukung penuh acara ini, bahkan presiden Megawati sudah mengungkapkannya dalam sidang PBB pada bulan September 2003 dan di KTT OKI Malaysia Oktober lalu.
Hal ini merupakan bagian dari second track diplomacy antara people to people, bukan lagi antar pemerintah karena untuk ke depan untuk memperbaiki keadaan dunia, tidak cukup hanya mengandalkan peran pemerintah, tetapi harus melibatkan seluruh komponen masyarakat.
Ketua Panitia Seminar Rozy Munir juga menjelaskan bahwa seminar ini diharapkan dapat menghilangkan kesalahpahaman atau membetulkan faham yang salah antar Islam dan Barat dan untuk mendukung hal ini, akan dilakukan field trip ke Jogja untuk melihat keragaman budaya di sama dan ke Jawa Timur untuk melihat pesantren. “Ini untuk menunjukkan bahwa pesantren yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di Negara lain yang cenderung tertutup dan radikal,” ungkapnya.(mkf)
Terpopuler
1
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
2
Khutbah Jumat: Meneguhkan Qanaah dan Syukur di Tengah Arus Hedonisme
3
Gus Yahya Dorong Kiai Muda dan Alumni Pesantren Aktif di Organisasi NU
4
MK Larang Wamen Rangkap Jabatan di BUMN, Perusahaan Swasta, dan Organisasi yang Dibiayai Negara
5
Pemerintah Perlu Beri Perhatian Serius pada Sekolah Nonformal, Wadah Pendidikan Kaum Marginal
6
KH Kafabihi Mahrus: Tujuan Didirikannya Pesantren agar Masyarakat dan Negara Jadi Baik
Terkini
Lihat Semua