Warta

ICIS Tengarai Ada Kepentingan Asing dalam Kasus Ahmadiyah

NU Online  ·  Rabu, 23 Maret 2011 | 00:41 WIB

Jakarta, NU Online
Sekjen International Conference of Islamic Scholars (ICIS), KH Hasyim Muzadi menengarai adanya intervensi asing terhadap masalah Ahmadiyah di Indonesia akan merugikan warga Ahmadiyah sendiri.

“Berita tentang adanya beberapa senator Amerika yang mengintervensi Indonesia perihal Ahmadiyah dan SKB tiga menteri justru akan menyulitkan posisi Ahmadiyah dan perlunya SKB,” kata KH Hasyim Muzadi di Jakarta, Selasa (22/3).<>

Menurutnya, intervensi asing akan menjadi bukti bahwa selama ini ada kepentingan asing dalam kasus Ahmadiyah. “Karena dengan intervensi asing ini, umat Islam dan masyarakat Indonesia menjadi sadar bahwa ada kepentingan asing dalam fenomena Ahmadiyah,” jelas Presiden agama-agama sedunia (World Conference on Religion for Peace/WCRP) ini.

Pengasuh pondok pesantren Al Hikam Malang ini mengatakan, Ahmadiyah tidak pantas mengaku Islam karena mengakui dua nabi, yaitu Muhammad SAW dan Msirza Ghulam Ahmad. “Ahmadiyah bukan sekedar mempunyai nabi ganda serta merobah teks Al–Quran, namun juga kepentingan global,” katanya.

Dikatakannya, permintaan senator Amerika untuk mencabut SKB  secara diplomatik sesungguhnya tidak relevan. “Karena SKB dibuat secara induktif besama sama dengan tokoh-tokoh lintas agama di Indonesia dan Kongres Amerika tidaklah mengurusi agama agama,” katanya.

Apalagi, katanya, Komnas HAM Indonesia sudah merumuskan HAM di Indonesia. “Apakah HAM merupakan sesuatu yang bebas nilai sehingga dapat digunakan semua orang dengan maunya sendiri-sendiri ataukan HAM bekerja dibagian yang tersisa dari etika, agama, hukum serta idelogi negara yakni Pancasila,” katanya.

Lebih lanjut, kiai kelahiran Bangilan Tuban ini mengatakan, seluruh umat beragama di Indonesia harus bisa mengenali perbedaan antara universalisme agama yang memang tuntutan agama dengan transnasional.

”Yakni muatan politik dari negara asing berdasarkan kepentingan non agama yang diagamakan kemudian dipengaruhkan/dipaksakan ke agama yang berada di Indonesia,” katanya.

Ditegaskan Kiai Hasyim, ideologi transnasional telah membuat pertikaian di Indonesia. “Dan tertikaian itu untuk kepentingan luar negeri baik barat maupun timur.  Sedangkan NKRI menolak trans nasional tersebut,” jelasnya. (nam/amh)