Hina Asma Allah, Dosen STAIN Jember Diprotes Mahasiswa
NU Online · Rabu, 4 Januari 2012 | 09:37 WIB
Jember, NU Online
Nama Allah yang seharusnya diagungkan, justru direndahkan oleh umatnya sendiri. Inilah yang dilakukan oleh Dosen STAIN Jember, Win Ushuluddin. Menurut Sekretaris PCNU Jember, H Misbahussalam, penistaan nama Alah itu dilakukan Win ketika memberikan kuliah kepada mahasiswanya.
Kata Misbah, di hadapan mahaiswanya, dosen filsafat itu menyatakan bahwa menginjak Alqur’an itu tidak apa-apa, tidak berdosa kalau dipandang dari sudut hukum Islam, namun diakuinya itu memang tidak pantas jika dipandang dari sisi etika.
<>
Tidak hanya itu, dosen kelahiran Ponorogo tersebut juga jelas-jelas merendahkan asma Allah. Kepada mahasiwanya, Win mengajukan pertanyaan, “lebih mulia mana antara alif, lam, lam ha’ (lafadz Allah) dengan Win ini,”.
Pertanyaan tersebut diajukan Win kepada mahasiswanya sambil mengarahkan telunjuknya ke arah lafafdz Allah dan namanya sendiri yang memang ia tulis di papan. Mendengar pertanyaan itu, masih menurut H Misbah, spontan mahasiswa menjawab: “Ya jelas lebih mulia lafadz Allah”.
Sejurus kemudian, Win membuka sepatunya, lalu menghapus nama Allah itu dengan sepatunya, setelah itu sepatu tersebut dipakai lagi. “Ini jelas penghinaan kepada Allah dan kitabnya,” komentar H. Misbah.
Misbah menambahkan, keiadian tersebut sudah berlangsung beberapa waktu lalu, namun mahasiswanya baru melaporkan sekarang. Menurutnya, lambatnya pelaporan mahasiswa terkait ulah dosennya, bisa jadi lantaran mahasiswa takut kena sanksi oleh dosen bersangkutan jika hal trsebut sampai terungkap ke publik.
“Tapi STAIN, perlu cepat bertindak, karena bisa memancing kemarahan umat jika itu dibiarkan,” jelasnya.
Ketua STAIN Jember, Dr Khusnuridlo mmbenarkan kejadian tersebut. Bahkan ia mengaku, pihaknya sudah memberikan sanksi kepada dosen tersebut berupa skorsing mengajar selama satu semester dan penundaan kenaikan pangkat. Namun Ridlo tidak serta merta menyalahkan anak buahnya itu. Menurutnya, apa yang dilakukan Win, secara akademik masih bisa dipertanggungjawabkan. Tapi secara aqidah cukup membahayakan, terutama bagi masyarakat awam.
“Ya, masih bisa dipertangungjawabkan secara akademik. Diskusi kalau di level doktor itu ‘kan sampai begitu parah,” tukansya.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Aryudi A Razaq
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Meyongsong HUT RI dengan Syukur dan Karya Nyata
2
Khutbah Jumat: Menjadikan Aktivitas Bekerja sebagai Ibadah kepada Allah
3
Khutbah Jumat: Menjaga Kerukunan dan Kerja Sama Demi Kemajuan Bangsa
4
Khutbah Jumat: Dalam Sunyi dan Sepi, Allah Tetap Bersama Kita
5
Khutbah Jumat: Rawatlah Ibumu, Anugerah Dunia Akhirat Merindukanmu
6
Redaktur NU Online Sampaikan Peran Strategis Media Bangun Citra Positif Lembaga Filantropi
Terkini
Lihat Semua