Warta

Hasyim Muzadi Sambut Baik Islah Gus Dur

NU Online  ·  Senin, 14 Maret 2005 | 11:05 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi mengungkapkan rasa gembiranya atas keinginan Gus Dur untuk islah setelah beberapa waktu lalu terlibat konflik dengannya menjelang dan pasca Muktamar NU ke 31 di Asrama Haji Donohudan Boyolali 28 November – 2 Desember 2004.

“Jika ingin kembali, tak usah formal-formalan, guyon-guyonan saja karena di NU kultur lebih kuat daripada formalitas,” ungkapnya di Gedung PBNU (14/03).

<>

Hasyim mengungkapkan bahwa perseteruan tersebut disebabkan oleh orang-orang disekitar Gus Dur yang ingin mengambil kesempatan dalam keadaan yang keruh. Dalam hal ini, konflik yang terjadi pun tidak sebesar seperti yang diberitakan oleh press.

Pengasuh Ponpes Mahasiswa Al Hikam Malang tersebut juga menjelaskan mengapa pada waktu muktamar, ia ngotot dan berseberangan dengan Gus Dur dikarenakan ingin menyelamatkan organisasi.

Dalam hal ini mantan ketua PWNU Jatim tersebut mengungkapkan bahwa forum untuk islah tidak perlu mediator atau dikontak melalui seseorang. “Kontak sendiri saja, tidak perlu orang lain. Yaa kalau ketemu di bawah salaman gitu saja,” tandasnya.

Sebagai informasi, kedua petinggi tersebut sama-sama berkantor di Gedung PBNU Jl. Kramat Raya 164. Jakarta. Gus Dur menempati lantai 1 sementara KH Hasyim Muzadi berkantor di lt 3. Tak jarang mereka berpapasan di Lt 1 ketika menuju kantornya masing-masing atau ketika akan pulang.

Namun demikian, islah ini tidak berarti bahwa Gus Dur akan duduk dalam kepengurusan NU. “Islah ini adalah pencairan hubungan persaudaraan sementara organisasi memiliki aturan-aturan tertentu seperti pelarangan rangkap jabatan dan lainnya,” tandasnya.

Gus Dur mengungkapkan sikap islahnya di hadapan sejumlah ulama dan ratusan umat Islam dalam Dzikir Untuk Keselamatan Bangsa di Masjid Agung Sunan Ampel, Surabaya, Minggu (13/03).

Mantan Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menyatakan, dirinya memilih sikap rekonsiliasi (rujuk) dengan memberi maaf kepada PBNU di bawah kepemimpinan KH Sahal Mahfudh dan KH Hasyim Muzadi.

"Nggak ada sikap yang kaku, tapi yang ada adalah sikap rekonsiliasi. Artinya, sikap memberi maaf kepada PBNU yang satu-nya," kata Ketua Dewan Syuro DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

"Tapi, setelah muktamar di Boyolali itu, saya langsung ke PBNU dan sampai sekarang masih tetap ’ngantor’ di PBNU. Ya nggak mungkin orang satu kantor ’gelut’ (bertengkar), sebab kalau mau ngrasani (bergunjing) saja sudah kedengaran," ungkapnya.

Menurut mantan Presiden RI itu, PBNU di zaman KH Hasyim Asy’ari memang beda dengan PBNU di zaman dirinya. Kemudian PBNU di zaman dirinya juga beda dengan PBNU di zaman sekarang, namun semuanya memiliki tujuan yang sama, yakni memperjuangkan Islam di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang majemuk.(mkf/ant)