Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi merasa menghadapi dilema dan sering disalahkan dalam posisinya sebagai pimpinan tertinggi jajaran tanfidziyah PBNU. Satu aspek yang sering diungkit adalah keterlibatannya dalam politik.
“Saya sering menghadapi dilema, ada kader NU yang maju pilkada berhadapan dengan kelompok lain, terus minta bantuan saya, apa akan dibiarkan kalah begitu saja,” katanya dalam pembukaan rakernas Majelis Alumni IPNU di Jakarta, Ahad (31/1).<>
Jika kader NU kalah dan kepemimpinan di pegang oleh kelompok lain yang berlawanan atau menghambat kepentingan NU, keadaan malah akan semakin buruk bagi warga NU. Karena itu ia heran jika ada upaya untuk membuat NU benar-benar steril dari politik dan membiarkan massanya yang besar diambil orang lain dengan sukarela untuk kepentingan mereka sendiri.
“Umat NU yang sedemikian besar ini mau diapakan?” tanyanya.
Ia melihat kritik yang disampaikan tidak murni dan didasari kepentingan tertentu karena jika tokoh yang didukungnya menang, maka didiamkan saja seperti dukungan kepada Fauzi Bowo yang terpilih memimpin Jakarta. Tetapi dukungannya kepada calon gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa yang gagal, selalu diungkit-ungkit melanggar khittah.
Ia tegaskan keterlibatannya tersebut sama sekali bukan untuk kepentingan pribadi, banyak kader NU selama pemilu legislative juga meminta dukungannya untuk membantu dalam kampanye, bahkan mereka meminta dukungan dana.
Dikatakannya, selama sejarah berdirinya, NU tidak pernah membuat keputusan yang menegaskan NU steril dari politik, yang ada adalah penataan politik.
Dari berbagai calon ketua umum PBNU yang ada saat ini, tak satupun juga yang steril dari politik, ada yang politisi Golkar, ada yang duduk di sayap politik PDIP, yaitu Baitul Muslimin, dan ada yang mendukung capres tertentu.
Kumpul Lagi
Ia juga berharap agar partai politik berbasis warga NU kembali berkumpul menjadi satu agar bisa meraih kejayaan seperti masa lalu. “Jika kumpul menjadi satu “orang tua” akan melindungi,” paparnya.
Sayangnya, para pengurus partai saat ini lebih suka mengelompokkan diri dalam partai-partai kecil dengan alasan meskipun kecil asal “disupiri” sendiri.
Nasib PKB yang didirikan oleh NU semakin hari juga semakin merana sehingga banyak aktifitasnya kini “pengangguran” setelah perolehan kursinya di DPR semakin kecil. Dan konfliknya didalam juga semakin melebar dan tak terselesaikan. Sementara PKNU, yang didukung oleh para ulama malah layu sebelum berkembang. (mkf)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menyiapkan Bekal Akhirat Sebelum Datang Kematian
2
Khutbah Jumat: Tetap Tenang dan Berpikir jernih di Tengah Arus Teknologi Informasi
3
Resmi Dilantik, Berikut Susunan Lengkap Pengurus PP ISNU Masa Khidmah 2025-2030
4
Ramai Bendera One Piece, Begini Peran Bendera Hitam dalam Revolusi Abbasiyah
5
Innalillahi, Menag 2009-2014 Suryadharma Ali Meninggal Dunia
6
Pemerintah Umumkan 18 Agustus 2025 sebagai Hari Libur Nasional
Terkini
Lihat Semua