Warta

Hari Marsinah, Hari Buruh Nasional

Rab, 10 Mei 2006 | 03:20 WIB

Jakarta, NU Online
Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi) kembali menegaskan sikapnya tentang tuntutannya kepada pemerintah agar menjadikan tanggal 9 Mei sebagai hari buruh nasional. Tanggal tersebut adalah hari ditemukannya mayat Marsinah.

“Kami menuntut pemerintah agar segera menetapkan haru gugurnya Marsinah, tanggal 9 Mei sebagai hari buruh Indonesia melalui Undang-undang, dikarenakan sampai saat ini Indonesia belum mempunyai hari buruh,“ kata Djunaidi Ali dalam sambutannya pada peringatan tragedi Marsinah di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Senin (9/5) kemarin.

<>

Selain Djunaidi, hadir pada kesempatan itu Ketua PBNU KH Said Aqil Siradj, mantan Ketua Sarbumusi Abdul Hamid Manan. Tampak pula sejumlah pemimpin serikat buruh dan pekerja seluru Indonesia pada acara yang digelar di halaman kantor PBNU itu.

Sarbumusi menilai bahwa tanggal 9 Mei yang merupakan hari ditemukannya mayat Marsinah layak dijadikan sebagai hari buruh nasional. Karyawan PT Catur Putra Surya (PT CPS), Porong, Sidoarjo, Jawa Timur yang tewas secara misterius telah memperjuangkan nasib sahabat-sahabatnya sesama buruh yang di-PHK.

“Perjuangan itu merupakan tonggak sejarah bagi perjuangan kaum buruh Indonesia. Semangat solidaritas yang ditunjukkan Marsinah terhadap sesama kaum buruh sangat perlu untuk dihidupkan kembali pada masa kini,“ terang Djunaidi.

Sementara itu, KH Said Aqil Siradj menyatakan bahwa PBNU mendukung tuntutan Sarbumusi tersebut. Hal itu, menurutnya sebagai bentuk kepedulian NU terhadap kaum buruh. “PBNU mendukung upaya Sarbumusi. Karena itu juga bagian dari komitmen NU memperjuangkan kaum yang lemah,“ ujarnya.

Dikatakannya, tidak banyak organisasi kemasyarakatan yang berbasis agama Islam di Indonesia yang memiliki kepedulian terhadap nasib kaum buruh. “Jujur saya akui, sampai sekarang tidak banyak ormas Islam yang peduli pada buruh. Oleh kerenanya, mari kita perjuangkan kaum buru bersama-sama bersama-sama NU. Kaum buruh, bergabunglah bersama NU,“ ungkapnya.

Selain menuntut hari buruh nasional, dalam kesempatan itu, Sarbumusi juga menuntut penuntasan kasus Marsinah. Sarbumusi mendesak kepada pihak terkait agar membuka kembali dan mengusut tuntas kasus Marsinah demi memenuhi rasa keadilan bagi keluarganya dan kaum buruh Indonesia. (rif)