Gus Solah: Upaya Relief Well Perlu Diteruskan
NU Online · Jumat, 29 Februari 2008 | 02:51 WIB
Sidoarjo, NU Online
Ketua Gerakan Menutup Lumpur Lapindo (GMLL), KH Solahuddin Wahid merasa optimis semburan lumpur panas Lapindo Brantas Inc. bisa ditutup dengan cara metode relief well atau penyumbatan sumur.
Penegasan itu disampaikan adik kandung KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini usai bertemu dengan Bupati Sidoarjo Win Hendrarso, di Pendopo Pemkab Sidoarjo, Kamis.
<>"Upaya menutup semburan lumpur panas dengan menggunakan metode relief well yang sebelumnya pernah diterapkan Lapindo, perlu diteruskan," katanya.
Ia mengatakan, dana yang dibutuhkan untuk operasional relief well itu antara USD70 juta sampai USD80 juta bisa dimintakan kepada Lapindo Brantas Inc.
Menurut dia, daripada harus menambah kawasan atau mengubah peta terdampak luapan lumpur dengan luasan yang lebih luas, lebih baik upaya menutup yang dioptimalkan.
"Kalau kawasan yang terdampak makin luas, berarti dana yang dianggarkan untuk bayar ganti rugi lebih besar pula. Lebih baik semburannya yang diupayakan ditutup," katanya.
GMLL adalah tim independen yang terdiri dari sejumlah pakar dan para ahli perminyakan, termasuk Rudi Rubiandini yang sebelumnya menjadi konsultan saat masih ditangani Tim Nasional Penanggulangan Lumpur. Selain itu, ada juga Mustiko Saleh, mantan Wakil Direktur PT Pertamina.
"Tim Independen ini bisa menutup semburan sampai kedalaman 6.000 sampai 8.000 feet. Kami masih optimis dengan relief well semburan lumpur itu bisa ditutup," kata Mustiko Sholeh.
Namun, GMLL tidak berani menjamin apakah metode relief well ini akan berhasil menghentikan semburan. Jika relief well gagal, lanjutnya, air yang keluar bisa diproduksi dan kawasan sekitar semburan lumpur kemudian diruntuhkan.
Menyinggung kegagalan Rudi Rubiandini saat menjadi tim konsultan timnas silam, dan ternyata gagal, Mustiko mengatakan, penutupan semburan terdahulu bukan gagal, namun tidak diteruskan.
"Upaya relief well dulu baru mencapai tahap 25-30 persen tapi sudah dihentikan," katanya menegaskan.
Rudi Rubiandini saat dikonfirmasi terpisah mengatakan tidak dilanjutkannya relief well waktu itu karena terkendala non teknis, sehingga operasi rig hanya sekitar 25 sampai 30 persen, tapi tiba-tiba dihentikan.
"Faktor itu seperti berkejaran dengan luapan lumpur, sehingga rig yang saat itu mau dikerjakan berhenti. Selain itu, pekerja juga mogok, karena keuangan terhambat," kata Rudi
Setelah muncul semburan Mei 2006 lalu memang telah dilakukan upaya penutupan. Setelah snubbing unit, kemudian side tracking dan terakhir dua unit relief well, namun semuanya gagal.
Selain itu, upaya menghambat semburan dilakukan dengan cara memasukkan bola beton, tetapi juga gagal. (ant/eko)
Terpopuler
1
KH Thoifur Mawardi Purworejo Meninggal Dunia dalam Usia 70 tahun
2
Targetkan 45 Ribu Sekolah, Kemendikdasmen Gandeng Mitra Pendidikan Implementasi Pembelajaran Mendalam dan AI
3
Kuasa Hukum Rakyat Pati Mengaku Dianiaya hingga Disekap Berjam-jam di Kantor Bupati
4
Amalan Mengisi Rebo Wekasan, Mulai Mandi, Shalat, hingga Yasinan
5
Ramai Kritik Joget Pejabat, Ketua MPR Anggap Hal Normal
6
Pimpinan DPR Bantah Gaji Naik, tapi Dapat Berbagai Tunjangan Total hingga Rp70 Juta
Terkini
Lihat Semua