Warta

Gus Mus: NU Ikut Bertanggung Jawab Atas Krisis di Indonesia

NU Online  ·  Jumat, 6 Agustus 2004 | 14:18 WIB

Kairo, NU Online
Kehadiran KH Mustofa Bisri  dalam acara yang digelar oleh PCI NU Mesir  mendapat sambutan luar biasa.   Dengan tema "NU Menyongsong Indonesia Baru", tidak  kurang 1000 masyarakat Indonesia di Kairo (Masiko) hadir pada Kamis  malam kemarin.  Gus Mus kembali  membicarakan Khittan NU yang banyak disalahtafsirkan dan "melenjangi" Indonesia melalui NU. Penampilan budayawan ini menghipnotis massa. Demikian dilaporkan kontributor NU Online Ulinnuha Husnan langsung dari Mesir, Jumat.

Dipandu moderator Muhammad Faiz Syukron, Gus Mus  didampingi oleh Arsul Sani, SH, langsung bicara tentang NU dihadapan  para cendekiawan-cendikiawan muda di bumi kinanah.

<>

Pada jurus pertama, Gus Mus menandaskan tentang pentingnya melakukan perbaikan-perbaikan dalam tubuh NU, baik perbaikan secara kultural maupun struktural. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa NU ikut bertanggung jawab atas kejadian-kejadian yang selama ini melanda Indonesia, mulai dari krisis moneter, moral sampai mental.

"Ketika NU berhasil mengatur warganya dengan baik, maka secara otomatis Indonesia akan membaik, karena NU mempunyai basis massa terbesar di Indonesia"jelasnya. Adapun solusi yang ditawarkan Gus Mus adalah dengan melakukan reformasi keberagamaan dan tidak berhenti pada tataran reformasi politik.

 "Saat orang-orang ramai membicarakan revormasi politik, bagi saya revormasi keberagamaan jauh lebih penting,"lanjutnya.

Sementara itu Arsul Sani melihat bahwa kemunduran yang terjadi dalam tubuh NU disebabkan karena tiga hal. Pertama, Salah paham dengan NU. "NU merupakan organisasi yang paling banyak disalah pahami, tidak hanya oleh non-nahdliyin bahkan warga nahdliyin pun terkadang belum memehami NU". Katanya.

Kedua, Arsul melihat penyabab yang kedua ini dengan kaca mata ekonomi, Arsul mengibaratkan NU sebagai "Kartel", semacam badan usaha yang hanya bisa menyatu pada nilai-nilai dasar saja, atau dengan bahasa lain, hanya mempunyai kesamaan kultur saja. Ketiga, dengan kaca mata yang sama, dia melihat bahwa kemunduran organisasi biasanya disebabkan karena para pengikutnya meninggalkan kultur dasarnya (khittah). Menurut dia, hal yang sama juga ditemukan di NU, akhir-akhir ini para warga nahdliyin mulai banyak meninggalkan kultur dasar NU.

Diskusi ini semakin ramai ketika salah seorang dari audiens menanyakan kepada Gus Mus tentang terjadinya pelanggaran dan penyalahgunaan khittah. Budayawan ini dengan santai menjawab, "Banyak orang berdiskusi tantang khittah, sayangnya mayoritas mereka belum pernah membaca teksnya. Maka, saya sarankan untuk membaca terlebih dulu teks khittah tersebut agar dapat mengetahui isi yang terkandung di dalamnya sehingga pada akhirnya tidak terjadi salah paham"

Sebelum diskusi publik dimulai, acara didahului dengan takrim najihin (pemberian penghargaan kepada pelajar/mahasiswa yang berprestasi). Yang berhak mendapatkan penghargaan adalah mereka para pelajar/mahasiswa yang nilai indek prestasinya jayyid jiddan (baik sekali) dan mumtaz (istimewa). Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pemberian hadiah kepada para pemenang LKT (Lomba Karya Tulis) LTNU yang beberapa hari lalu telah berhasil dilaksanakan.

Tak kalah menarik, louncing website PCI-NU Mesir juga masuk dalam rangkain acara diskusi publik ini. Abdul Haris, Penanggung jawab bidang komputerisasi dan website dengan gaya khasnya mempresentasikan hal-hal yang berkaitan dengan website tersebut. Akhirnya tepat pukul 22.00 waktu setempat, Kamis, Gus Mus meresmikan website PCI-NU Mesir dengan alamat barunya, www.numesir.org. Selamat belajar, berjuang dan bekerja. (MuN)