Gus Mus: Masih Timpang antara Pendidikan dan Pengajaran
NU Online · Jumat, 24 Agustus 2007 | 13:07 WIB
Magelang, NU Online
Ada dua model pendidikan di Indonesia yang selama ini masih timpang, yakni pendidikan di pondok pesantren yang banyak menekankan sisi pendidikan (tarbiyah) dan sekolah-sekolah umum yang lebih banyak menggarap sisi pengajaran (ta’lim).
Menurut KH Musthofa Bisri (Gus Mus), pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Rembang, dalam model tarbiyah penerapan akhlak menjadi prioritas, sedangkan penguasaan ilmu tidak terlalu dipentingkan. Sebaliknya, dalam model ta’lim, yang penting anak pintar dan masa bodoh dengan akhlak.
<>“Akibatnya jelas, banyak murid pintar tapi kelakuannya bejat. Oleh karena itu, usul saya, pendidikan nasional itu dipadukan antara pendidikan pesantren dengan sekolah formal, agar bisa saling melengkapi, ya pintar, ya baik akhlaknya,” kata Gus Mus di sela acara haul di Pondok Pesantren Raudlatut Thullab, Wonosari, Tempuran, Magelang, pada Rabu (22/8) malam lalu.
Gus Mus juga mengajak semua pihak untuk tidak lagi melihat pendidikan di pesantren dengan sebelah mata. Sebab bagaimanapun, model pendidikan di Indonesia sudah terbukti efektif dan telah berjalan ratusan tahun. Selain kuat dalam sisi tarbiyah, pesantren juga memiliki kelebihan, yaitu bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Salah satunya dengan adanya pemberian ijazah (mata rantai keilmuan) yang tidak ditemukan di model pendidikan lain.
Dalam pandangan kiai yang juga seorang penyair itu, semakin menurunnya daya saing bangsa Indonesia di depan bangsa lain, menjadi bukti bahwa pendidikan di negeri ini masih belum seperti yang diharapkan. “Belum lagi kalau kita bicara moral, malah lebih jauh lagi,” kata Mustasyar PBNU itu.
Gus Mus yang malam itu hadir bersama Ketua PBNU Said Agil dan Rais Aam Mudir Jam’iyah Ahlit Thariqah An-Nahdliyah Habib Lutfi, lebih banyak menyoroti pendidikan di Indonesia yang dinilai masih melenceng dari harapan.
Dirinya mengaku prihatin dengan pendidikan akhlak di sekolah-sekolah yang semakin banyak dikesampingkan. Salah satu indikasinya, penilaian akhlak biasanya ditaruh di bagian bawah raport siswa, terpisah dari nilai akademik. Itu pun masig dibedakan.
Jika nilai pelajaran diberikan dengan angka, nilai akhlak diberikan dengan huruf. "Akibatnya, Saya yakin, semua nilai akhlak murid di Indonesia itu B, sebab mau dikasih A tidak mungkin, mau dikasih C kasihan,” kata Gus Mus, yang disambut tawa ribuan warga NU Magelang.(sbh)
Terpopuler
1
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
2
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
3
PBNU Buka Suara Atas Tudingan Terima Aliran Dana dari Perusahaan Tambang di Raja Ampat
4
Fadli Zon Didesak Minta Maaf Karena Sebut Peristiwa Pemerkosaan Massal Mei 1998 Hanya Rumor
5
Israel Serang Militer dan Nuklir Iran, Ketum PBNU: Ada Kegagalan Sistem Tata Internasional
6
Presiden Pezeshkian: Iran akan Membuat Israel Menyesali Kebodohannya
Terkini
Lihat Semua