Warta

Gus Dur: Tak Usah Takut Burung Kita Flu

Jumat, 7 Oktober 2005 | 10:13 WIB

Jakarta, NU Online
KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) meminta masyarakat tidak panik oleh merebaknya isu serangan flu burung yang diklaim mematikan. Isu flu burung sengaja dimunculkan untuk mengganggu pasar dalam negeri.

Pernyataan itu disampaikan Gus Dur dalam Pengajian Ramadlan di Pesantren Ciganjur Jakarta, (7/9). Seperti diberitakan, isu flu burung sempat membuat shock pasar dalam negeri. Beberapa industri pariwisata ditutup. Jutaan unggas milik para petani dihanguskan. Menurut Gus Dur, dicuatkannya isu flu burung kali ini bukan hal baru. Isu serupa juga muncul beberapa bulan yang lalu. Sebelumnya juga muncul adanya virus berbahaya bernama SARS.

<>

"Beberapa negara seperti Malaysia apalagi Indonesia kebingungan munculnya isu flu burung. Itu kan biar ndak ada yang beli unggas kita, biar paha unggas dari Amerika bisa diimpor. Ini adalah cara yang busuk. Makanya kita tidak perlu takut burung kita kena flu," kata Gus Dur sambil bergurau.

Dalam kesempatan itu Gus Dur juga menyerukan pentingnya gerakan kebudayaan dalam memulihkan perekonomian negeri. "Budaya mempunyai andil besar dalam mengembangkan ekonomi. Kita tahu nogosari (makanan terbuat pisang bersarung tepung, red). Dari dulu kan cuma begitu itu, tidak ada yang mikirin budaya kita sendiri," kata Gus Dur.

Menurutnya, gerakan kebudayaan ini tidak sesederhana menumbuhkan semangat cinta produk negeri sendiri namun lebih rumit lagi yakni memerangi nalar konsumerisme yang semakin menggila.

"Coba sekarang siapa yang tidak kenal Kentucky, minimal Hoka Hoka Bento lah. Disinilah pentingnya budaya dalam memulihkan perekonomian kita," kata Gus Dur. Materi yang dibahas waktu itu seputar riba dan investasi.

Pengajian Ramadlan di pesantren Gus Dur tiap pagi itu memang beda. Kitab fikih "Bughyatul Musytarsyidin" yang tergolong "kitab besar" besar itu tidak di kaji secara keseluruhan. Bab-bab ubudiyah semisal masalah sholat, puasa, sampai pengurusan jenazah di kaji secara singkat untuk ngalap berkah (Tabarrukan). Pembahasan utama dikonsentrasikan pada beberapa hal yang saat ini dihadapi. "Agar fikih kita tidak kering," kata Gus Dur pada saat membuka pengajian awal Ramadlan lalu. (an)