Surabaya, NU Online
Mantan Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menyatakan, dirinya memilih sikap rekonsiliasi (rujuk) dengan memberi maaf kepada PBNU di bawah kepemimpinan KH Sahal Mahfudh dan KH Hasyim Muzadi.
"Nggak ada sikap yang kaku, tapi yang ada adalah sikap rekonsiliasi. Artinya, sikap memberi maaf kepada PBNU yang satu-nya," kata Ketua Dewan Syuro DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu di hadapan sejumlah ulama dan ratusan umat Islam dalam Dzikir Untuk Keselamatan Bangsa di Masjid Agung Sunan Ampel, Surabaya, Minggu.
<>Dalam rangkaian acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW itu, cucu pendiri NU KH Hasyim Asy’ari itu mengatakan, sikap damai tidak mungkin diambil saat muktamar atau beberapa hari usai muktamar Boyolali, mengingat dalam situasi banyak ulama yang marah memang tidak mungkin diajak damai.
"Tapi, setelah muktamar di Boyolali itu, saya langsung ke PBNU dan sampai sekarang masih tetap ’ngantor’ di PBNU. Ya nggak mungkin orang satu kantor ’gelut’ (bertengkar), sebab kalau mau ngrasani (bergunjing) saja sudah kedengaran," katanya disambut tawa hadirin.
Menurut mantan Presiden RI itu, PBNU di zaman KH Hasyim Asy’ari memang beda dengan PBNU di zaman dirinya. Kemudian PBNU di zaman dirinya juga beda dengan PBNU di zaman sekarang, namun semuanya memiliki tujuan yang sama, yakni memperjuangkan Islam di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang majemuk.
"Bagaimana pun, meneruskan perjuangan dalam bermasyarakat itu memang sulit, bahkan fiqih (hukum Islam) yang di zaman Nabi Muhammad SAW itu cuma satu tapi setelah beliau tiada menjadi 16 dan di sini menjadi empat madzhab. Artinya, perbedaan itu akan selalu ada, tapi kalau kita mengkafirkan saudara sendiri berarti kita sendiri kafir," katanya.
Dalam acara yang digagas Majelis Dzikir Al-Badi’ Indonesia itu, Gus Dur sempat mengikuti tahlil dan doa dari sejumlah ulama, kemudian shalat dzuhur berjamaah. Shalat dzuhur berjamaah dipimpin KH Anwar Musyadad MAg dari Majelis Dzikir al-Badi’, sedangkan tahlil dipimpin KH Anwar Marzuki.
Setelah doa, tahlil, dan shalat berjamaah itu, Gus Dur diberi kesempatan menyampaikan ceramah yang intinya menceritakan sejarah perjuangan Sunan Ampel dalam mendakwahkan Islam kepada masyarakat Indonesia secara damai.
"Apa yang diwariskan Nabi Muhammad SAW kepada para ulama, termasuk Sunan Ampel, merupakan akhlak, kemudian para ulama mengembangkan dengan akhlak dan keihlasan. Itu yang harus kita warisi, meski berat," katanya.(ant/mkf)
Terpopuler
1
KH Miftachul Akhyar: Menjadi Khalifah di Bumi Harus Dimulai dari Pemahaman dan Keadilan
2
Amerika Bom 3 Situs Nuklir Iran, Ekskalasi Perang Semakin Meluas
3
Nota Diplomatik Arab Saudi Catat Sejumlah Kesalahan Penyelenggaraan Haji Indonesia, Ini Respons Dirjen PHU Kemenag
4
Houthi Yaman Ancam Serang Kapal AS Jika Terlibat dalam Agresi Iran
5
Menlu Iran Peringatkan AS untuk Tanggung Jawab atas Konsekuensi dari Serangannya
6
PBNU Desak Penghentian Perang Iran-Israel, Dukung Diplomasi dan Gencatan Senjata
Terkini
Lihat Semua