Warta

Gratis, Sekolah MTs NU Miftahul Ulum Margasari

NU Online  ·  Jumat, 13 Juni 2008 | 06:00 WIB

Slawi, NU Online
Di tengah himpitan ekonomi yang kian mencekam, Madrasah Tsanawiyah (MTs) Miftahul Ulum Nahdlatul Ulama di Margasari Kabupaten Tegal membebaskan peserta didiknya dari biaya sekolah.

Program sekolah gratis setara Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) ini dipelopori oleh masyarakat sendiri dan tidak bergantung sepenuhnya kepada pemerintah.

“Semua biaya baik pendaftaran, uang gedung maupun biaya pendidikan, kami gratiskan,” tutur Kepala MTs NU Miftahul Ulum Drs. H. Akhmad Zaeni, M.Ag. kepada kontributor NU Online Wasdiun <>di kantornya, Kamis (12/6).

MTs yang terletak di jalan Masjid Karangjati Margasari Kec. Margasari, Kab. Tegal, Jateng ini mulai membuka sekolah gratis sejak tahun pelajaran 2006/2007. “Sekolah ini sebagai wujud jihad di bidang pendidikan,” lanjut Zaeni.

Hingga akhir tahun pelajaran 2007/2008, Mts NU Miftahul Ulum dihuni 268 siswa dari kelas 7 dan 8. Sebagian peserta didiknya berasal dari siswa yang orang tuanya berasal dari masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Sementara, siswa masih berasal dari wilayah kecamatan Margasari. “Sebenarnya, kami membuka kesempatan kepada seluruh anak di Kabupaten Tegal dan sekitarnya,” ucapnya.

Semestinya, lanjut Zaeni, para siswa membayar uang sekolah sebagaimana halnya siswa pada sekolah lain. Hanya saja, siswa telah dibantu oleh pemerintah melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan lainnya dari donatur.

“Mereka tidak membayar, karena sudah selayaknya mendapatkan pemerataan pendidikan,” ungkapnya. "Termasuk tenaga pendidiknya, meskipun berasal dari lulusan sarjana di berbagai perguruan tinggi ternama, bahkan ada yang S2, tapi karena niatannya ikhlas dan jihad, maka mereka bekerja sportif dan berdedikasi tinggi demi peningkatan mutu sekolah.

Meskipun siswa tidak bayar, bukan berarti sekolah ini murahan. “Murah, tidak berarti murahan, di sini justru unggul karena ada kemandirian yang dibangun sekolah melaui sinergi kepedulian pemerintah dan donatur,” jelasnya.

Akibatnya, sekolah yang mengemban visi Teguh Iman dan Takwa, kokoh Budi Pekerti, Cerdas, Trampil dan Mandiri, kian mendapat dukungan dari berbagai pihak. “Ini komitmen NU dalam partisipasi menuntaskan wajar dikdas 9 tahun,” kata Zaeni.

Sekolah yang kini memiliki sepuluh ruang kelas dan sedang membangun bangunan berlantai 2 ini, dalam tahun pelajaran 2008/2009 juga kembali membuka pendaftaran peserta didik baru. “Untuk tahun ini, kami sedang menuju Sekolah Berstandar Nasional,” tandasnya.

Ada ciri khas di sekolah ini, selain berjiwa islami juga mengembangkan 4 bahasa yakni Bahasa Indonesia, Arab, Inggris dan Jepang. (was)