Warta

Gerakan Penerjemahan Karya Ulama Tanah Air Perlu Terus Diupayakan

NU Online  ·  Kamis, 20 Januari 2011 | 06:41 WIB

Jakarta, NU Online
Banyak sekali ulama Tanah Air yang menorehkan prestasi gemilang di dunia internasional lewat sejumlah karya mereka, namun hingga kini karya-karya tersebut minim publikasi. Penyebabnya tak lain karya mereka ditulis dalam bahasa Arab. Contohnya adalah kitab karya Syekh Mahfudh at-Turmusi atau karya Syeikh an-Nawawi al-Bantani yang banyak digunakan sebagai rujukan oleh para pegiat ilmu.

Karenanya, generasi intelektual Muslim saat ini diharapkan dapat menjembatani karya-karta tersebut agar dapat diakses oleh lebih banyak orang. Tujuannya agar hal-hal yang dibahas dalam kitab tersebut mudah lebih dipahami masyarakat umum.<>

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) dan Pendidikan Pelatihan (Diklat) Kementerian Agama, Abdul Djamil berharap gerakan penerjemahan perlu terus diupayakan.
 
"Beragam karya ulama ataupun intelektual Muslim di Indonesia dari berbagai disiplin ilmu layak diketahui dan dipertimbangkan dunia luar. Sekadar contoh, puluhan kitab karya KH Saleh Darat dari Semarang, Jawa Tengah, sebagian besar ditulis menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa utama," katanya di Jakarta, Rabu (19/1).

Menurut Djamil, banyak karya para ulama dan intelektual Muslim Tanah Air yang belum dikenal luas di dunia internasional. Hal ini patut disayangkan karena tak sedikit di antara karya-karya itu yang sangat berkualitas dan berbobot.

Diakui Abdul, para ulama terdahulu memang tidak memiliki orientasi agar karya mereka dikenal oleh khalayak. Karya yang ditulis biasanya didedikasikan dan diperuntukkan bagi santri dan masyarakat sekitar dengan menggunakan bahasa lokal.

"Ulama terdahulu memang tidak pernah punya keinginan mengalihbahasakan karya mereka," tandas Djamil. (min)