FAO Tuding Perusahaan Agribisnis Penyebab Krisis Pangan
NU Online · Senin, 16 November 2009 | 05:29 WIB
Organisasi Pangan Dunia (FAO) menuding perusahaan-perusahaan agribisnis sebagai penyebab krisis pangan. Perusahaan-perusahaan ini juga menjadi penyebab 1 dari 6 orang di dunia menderita kelaparan dan setiap 6 detik 1 bayi meninggal karena kurang gizi.
Direktur Jenderal FAO Jacques Diouf di hadapan perwakilan aktivis tani seluruh dunia menyatakan, pihaknya tidak mau dikambinghitamkan dalam persoalan krisis pangan. Selain menuding perusahaan-perusahaan agribisnis, ia berkelit kecilnya pendanaan global yang ada saat ini untuk pangan dan pertanian.<>
Hal ini disampaikan Diouf dalam pertemuan dengan 600 orang dari seluruh dunia yang terdiri dari petani, masyarakat adat, nelayan, peternak, pemuda dan perempuan pedesaan berkumpul di Città dell' Altra Economia (Kota Ekonomi Alternatif) di kota Roma, Ahad (15/11) untuk menyuarakan pendapat mereka yang akan dibawa dalam perundingan resmi FAO.
Selain Direktur Jenderal FAO Jacques Diouf, pembukaan forum ini dihadiri oleh Walikota Roma dan Gianni Alemanno. Dalam pidato pembukaannya walikota Roma dengan tegas menyatakan bahwa pangan bukan merupakan komoditi dan harus dipastikan bahwa sumber daya alam terdistribusikan merata untuk menjamin terpenuhinya pangan bagi seluruh penduduk dunia.
Alemanno yang juga pernah menjabat sebagai menteri pertanian Italia menyatakan bahwa pertanian berkelanjutan merupakan jalan keluar dari krisis pangan dan iklim yang dihadapi penduduk dunia saat ini.
Sementara itu Jacques Diouf juga menyatakan keresahannya terhadap krisis pangan yang terjadi saat ini. “Di tengah dunia di mana manusia mampu berjalan-jalan ke bulan, 1 dari 6 orang di dunia menderita kelaparan dan setiap 6 detik 1 bayi meninggal karena kurang gizi,” katanya.
Diouf, menyatakan bahwa kebijakan pangan yang ada saat ini telah membuat petani-petani saling berperang satu sama lain, petani negara maju dengan petani di negara-negara berkembang demi keuntungan perusahaan-perusahaan agribisnis.
Namun, lanjut Diouf, FAO bukan penyebab dari krisis pangan yang terjadi saat ini menurut Diouf. Ia menyatakan bahwa FAO hanya menjadi kambing hitam dalam proses tersebut. Diouf juga menyinggung mengenai kecilnya pendanaan global yang ada saat ini untuk pangan dan pertanian. Saat ini dana yang tersedia menurutnya hanya 0,5 US$ per tahun bagi semua orang yang menderita kelaparan di dunia saat ini, hal ini jauh lebih kecil dari kriteria kemiskinan yang 2 US$ per hari.
“Kalian lah, organisasi petani, gerakan masyarakat yang mampu membuat perubahan,” ujar Diouf yang mengundang semua orang untuk ambil bagian dalam aksi mogok makan yang dia lakukan sebagai bentuk solidaritas terhadap orang-orang yang menderita kelaparan di seluruh dunia.
Ketua umum SPI dan koordinator umum La Via Campesina Henry Saragih dalam kesempatan itu mengingatkan bahwa sudah sejak awal Via Campesina menyatakan bahwa kebijakan ketahanan pangan tidak dapat menjawab permasalahan krisis pangan dunia.
“Sejak World Food Summit pertama pada tahun 1996 di Roma para petani telah menyampaikan bahwa hanya dengan diwujudkannya kedaulatan pangan lah dunia mampu untuk menghapuskan kelaparan sekaligus menghapuskan kemiskinan di pedesaan,” kata aktivis tani asal Indonesia ini.
Henry menyesalkan pidato Diouf yang terlalu menekankan hanya pada soal finansial saja, menurutnya permasalahan krisis pangan ini terkait dengan penguasaan sumber-sumber agraria dan model pertanian yang terlalu berpihak pada industri pertanian dan sistem agribisnis.
Pernyataan Henry ditegaskan kembali oleh Antonio Onoroti dari Komisi Persiapan untuk Kedaulatan Pangan (IPC) yang telah bekerja bertahun-tahun untuk memasukan kedaulatan pangan di dalam kebijakan pangan dunia. Antonio menyampaikan bahwa penyelesaian krisis pangan akan tercapai jika negara-negara melakukan perubahan mendasar dalam kebijakan pertanian mereka. Dan perlu bagi kita untuk medesakan ini dalam World Summit kali ini. (nam)
Terpopuler
1
Innalillahi, Nyai Nafisah Ali Maksum, Pengasuh Pesantren Krapyak Meninggal Dunia
2
Keutamaan Bulan Muharram dan Amalan Paling Utama di Dalamnya
3
Innalillahi, Buya Bagindo Leter Ulama NU Minang Meninggal Dunia dalam Usia 91 Tahun
4
Waketum PBNU Jelaskan Keistimewaan Belajar di Pesantren dengan Sanad
5
Khutbah Jumat: Menyadari Hakikat Harta dan Mengelolanya dengan Baik
6
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Hikmah Hijrah Nabi Muhammad kanggo Generasi Milenial lan Z
Terkini
Lihat Semua