Jakarta, NU Online
Besarnya Anggaran Negara yang digunakan untuk penyelenggaraan dan Peringatan 50 tahun Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia – Afrika tidak bisa dihitung berdasarkan untung ataupun rugi. Karena sebagai tuan rumah hajatan besar akbar itu, Indonesia akan menyerap banyak keuntungan, baik secara politik maupun ekonomi. Namun, targetan investasi politik dan ekonomi jangka panjang tersebut tidak bisa dijadikan alasan untuk melakukan pembersihan terhadap para pedagang kecil di sekitar arena Konferensi Asia Afrika.
“Itu namanya Pemerintah menjalankan praktik penindasan yang bertentangan dengan semangat Asia – Afrika 1955,” kata Andrinof Chaniago pengamat ekonomi politik dari Universitas Indonesia kepada NU Online, Sabtu (23/4).
<>KTT Asia Afrika yang sudah dimulai sejak 22 April kemarin dan akan berakhir 25 April lusa menghabiskan Rp 206 miliar, lebih besar dari rencana semula yang hanya Rp 160 miliar. Namun amat disayangkan, dengan menghabiskan uang sebesar itu Pemerintah bukannya membuatnya bisa bermanfaat untuk seluruh lapisan masyarakat. Sebaliknya, para pedagang yang sudah bertahun-tahun berdagang di sekitar lokasi dibersihkan. “Ini artinya Pemerintah hanya menggalang perjuangan menegakkan keadilan global, sedangkan penegakan keadilan di dalam negeri sendiri dilupakan,” tandas Andrinof.
Baru-baru ini, sebelum KTT Asia – Afrika berlangsung, Presiden Susilo B. Yudhoyono pernah mengungkapkan kepada para wartawan media dalam dan luar negeri, bahwa salah satu agenda besar yang ingin dicapai dalam KTT Asia – Afrika adalah mewujudkan keadilan perekonomian global yang sampai hari ini masih timpang. Apa boleh buat, Ibarat Nasi sudah menjadi bubur, sejarah pun tidak bisa berulang kembali. Andrinof hanya bisa menyerukan kepada Pemerintah untuk mengganti kerugian para pedagang kaki lima akibat pembersihan yang dilakukan Pemerintah Kotamadya Jakarta Pusat, khususnya sepanjang daerah protokol dan sekitar arena konferensi. “Pemerintah harus membayar kerugian selama kegiatan ekonomi rutin mereka terhenti sejak pembersihan itu,” serunya.
Menurut Andrinof itu semua harus dilakukan, kalau Pemerintah tidak ingin gagasan yang diperjuangkan dalam KTT Asia – Afrika tidak lebih sekedar manipulasi untuk popularitas kepemimpinan Presiden Susilo B. Yudhoyono. “Dianggap manipulasi karena hanya menyerukan terwujudnya keadilan di tingkat internasional, namun di dalam negeri diskriminasi antara Si Kaya dan Si Miskin masih terjadi,” jelasnya.
Padahal, menurut Andrinof, sisi positif penyelenggaraan KAA sangat besar. Pemerintah punya kesempatan luas untuk membangun hubungan baik dengan negara-negara lain. Karena dengan menjadi tuan rumah KAA, negara-negara peserta akan lebih membuka diri bagi lobi-lobi tuan rumah untuk membangun kerjasama bilateral yang menguntungkan, apalagi kalau konferensi ini sukses. “Itulah sebabnya, kenapa banyak negara-negara tak pernah memikirkan dari mana mereka bisa menyediakan dana untuk even internasional, karena dengan menjadi tuan rumah, keuntungan pencitraan keamanan, sosial dan politik tentu akan menguntungkan bagi pengembangan perekonomian negara bersangkutan. Tak mengherankan bila RRC berebut untuk menjadi tuan rumah bagi Pesta Olimpiade Dunia,” ulas Andrinof.
Andrinof kembali mengatakan, kalau Indonesia sukses, maka gambaran masyarakat dunia tentang ketidakamanan Indonesia segera berubah. Sebab Indonesia sukses menyelenggarakan konferensi para pemimpin Asia dan Afrika yang sebenarnya sangat tidak mudah dilakukan bila memang tidak aman. “Jadi penyelenggaraan KAA yang menelan dana ratusan miliar dengan sendirinya akan terbayar dengan mahalnya citra aman tenteram yang diraih Indonesia begitu KTT ini berjalan lancar,” ujarnya.
Penilaian yang hampir sama juga diberikan oleh Salah seorang ketua Tanfidziyah PBNU, KH. Drs. Ahmad Baghja. Menurut mantan anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) ini, keberhasilan KAA dan peringatannya yang ke-50 tahun tidak bisa diukur saat ini, termasuk betapa mahalnya biayanya. “Bagaimanapun KAA merupakan KTT yang penyelenggaraannya tidak mudah, karena jelas-jelas menghadirkan para kepala negara di dua belahan dunia, yaitu Asia dan Afrika, sehingga harus selalu tampak siap, baik keamanan, dan fasilitasnya,” jawab Baghja.
Pengurus PBNU periode 2004-2009 ini juga menambahkan, bahwa yang sangat penting, dan tidak bisa terbeli adalah peringatan 50 tahun KAA akan memberikan inspirasi konkrit bagi para pemimpin Asia – Afrika untuk terus mewujudkan tercapainya keadilan politik dan ekonomi di seluruh dunia. Apa pasal pencapaian tujuan ini lebih mahal dari biaya KAA itu sendiri, Baghja mengatakan, “Meski negara-negara di Asia – Afrika telah berjuang selama 50 tahun untuk lepas dari ketidakadilan global, mereka tetap belum mampu menghapuskan ke
Terpopuler
1
Isi Akhir dan Awal Tahun Baru Hijriah dengan Baca Doa Ini
2
3 Jenis Puasa Sunnah di Bulan Muharram
3
Istikmal, LF PBNU Umumkan Tahun Baru 1447 Hijriah Jatuh pada Jumat, 27 Juni 2025
4
Data Awal Muharram 1447 H, Hilal Masih di Bawah Ufuk
5
Niat Puasa Muharram Lengkap dengan Terjemahnya
6
Khutbah Jumat: Meraih Fokus Hidup Melalui Shalat yang Khusyuk
Terkini
Lihat Semua