Direktur Eksekutif The Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria (GFATM) Michel Kazatchkine melakukan kunjungan ke kantor PBNU, Kamis (24/6). Kunjungan ini merupakan bagian dari kerjasama yang sudah lama dijalin antara PBNU dengan Global Fund.
Kerjasama terbaru hasil yang dikerjakan adalah penanganan HIV/AIDS dalam program Indonesia Response to HIV/AIDS: Government and Civil Society Partnership in 21 Provinces.<>
Wakil ketua PBNU H As’ad Ali menyatakan kegembiraan atas kepercayaan yang diberikan Global Fund untuk menjalankan sejumlah program kepada NU. “Sebagai organisasi keagamaan, NU tidak hanya berusaha menjalankan ibadah, tetapi juga membantu menyelamatkan kehidupan manusia,” katanya.
Sementara itu Kazatchkine menjelaskan Global Fund merupakan organisasi berskala global yang membantu mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat bekerjasama dengan berbagai fihak.
“Ini merupakan hasil dari kerjasama semua fihak, tanggung jawab semua fihak, dan kesuksesan semua fihak,” tandasnya.
Wakil ketua Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Wan Nedra Komaruddin menjelaskan kerjasama yang sudah dilakukan dengan Global Fund melalui LKNU adalah program pencegahan malaria dan tuberculosis (TBC).
“Dalam kerjasama untuk penanganan HIV/AIDS kali ini, LKNU berkesempatan menjadi principal resipient atau menjadi penerima donor utama, bersanding dengan pemerintah, yaitu Kementerian Kesehatan dan Komisi Penanggulangan AIDS,” katanya.
Dijelaskannya, prevelensi HIV di Indonesia sekitar 0.17 persen dari keseluruhan populasi, sedangkan prevelensi dari 21 propinsi yang menjadi saasaran program pada putaran 9 (round 9) adalah 0.14 persen.
Data demografi menunjukkan kebanyakan penderita HIV/AIDS adalah pengguna jarum suntik bekas pakai, pada narapidana, wanita penjaja seks komersial, kaum waria, homoseksual, hubungan seksual tanpa proteksi pada orang yang kerap berganti pasangan.
Berdasarkan informasi dari kementerian tenaga kerja dan perindustrian, prevelensi HIV diantara pekerja pabrik masih cukup rendah, yaitu sekitar 0.03 persen.
Wan Nedra menjelaskan, program ini mampu memutuskan mata rantai penyakit ini dan mengurangi insiden Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). “Stigma dan diskriminasi terhadap ODH juga menjadi sasaran program ini,” terangnya.
Propinsi yang menjadi sasaran target adalah Banten, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sumatra Barat, DIY, Lampung, NTT, NTB, Sulawesi Utara, Maluku, Jambi, Sulawesi Tengah, Bangka Belitung, Aceh, Kalimantan Tengah, Bengkulu, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara dan Gorontalo.
Hadir dala pertemuan tersebut perwakilan dari Kementeria Kesehatan RI, Yayasan Spiritia, Yayasan Pelita Ilmu, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, PP Aisyiyah, AusAID dan lainnya. (mkf)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
3
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua