Warta SERBA-SERBI TANAH SUCI

Dia Tidak Membangun Gedung, Namun Mencetak Keluarga Besar Sarjana

Rab, 3 November 2010 | 00:07 WIB

Madinah, NU Online
Pria bernama Fatkhurraman ini bukan termasuk jamaah haji Indonesia. Dia hanya mencari-cari saudaranya di pemondokan para jamaah haji asal daerahnya, Lombok Barat. Fatkhurrahman berkerja sebagai sopir pribadi pada sebuah keluarga Arab.

Fatkhurraman menceritakan pengalaman kerjanya yang lumayan enak. "Meski gajiku tidak besar, Alhamdulillah berkah buat keluarga. Meski tidak bisa membuat rumah bertingkat dan gedung-gedung di kampung seperti orang lain, Alhamdulillah hasil kerja selama di sini insya Allah lebih bermanfaat untuk orang banyak," tuturnya Kepada NU Online, Selasa (2/11).
/>
Di Madinah, Fatkhurrahman yang telah bekerja selama enam tahun di Arab Saudi ini mengaku sangat menikmati pekerjaannya. Salah satu yang membuatnya merasa nyaman adalah jam kerjanya yang hanya sebentar dan tidak disuruh untuk melakukan hakl-hal yang bukan menjadi tugasnya.

"Saya mengantar anak majikan pergi kerja sebagai Dosen di Universitas al-Thaiba Uhud. Berangkat jam 7-8 pagi trus baru jemput jam 2 siang. Selain itu tidak ada lagi yang saya kerjakan. Kalau misalnya pagi hari sampai jam 9 tidak ada keluar, ya berarti libur," terang Fatkhurrohman dengan santainya.

Bila banyak orang bekerja sebagai TKI dari kampung dengan maksud ingin meningkatkan taraf ekonomi dan membangun fasilitas rumah tangga yang bagus. Maka Fatkhurrohman mengakub tidak mementingkan hal tersebut. Dirinya mengaku "tidak mengumpulkan" uang hasil jerih payahnya sejak lama. Pria berkepala plontos ini memilih untuk berinfestasi jangka panjang.

"Saya tida membangun rumah bagus-bagus seperti banyak orang yang pulang dari Arab atau dari luar negeri. Saya hanya membelanjakan uang untuk menyekolahkan anak-anak saya. Sampai mereka bisa kuliah, menjadi sarjana dan bisa mencari kerja dengan layak," terang fatkhurrohman.

Keluarga Besar
Meski bukan keluarga tokoh terkenal atau pemimpin di tingkat lokal, namun Fatkhurrohman mengaku memiliki keluarga yang cukup besar. Baik keluarga intinya sendiri maupun keluarga Batih (keluarga besarnya dari ibu-bapaknya).

Fatkhurrahman adalah anak sulung dari sepuluh bersaudara. Memiliki sembilan adik, berarti harus bekerja keras membantu orang tua untuk menyekolahkan adik-adeknya. Sehingga ia pun berkelana ke berbagai tempat di Indonesia, terutama Indonesia bagian Timur sejak masih muda. 

"Di Papua, dulu berjualan kain korden. Saya termasuk orang yang suka berkelana. Jiwa kelana ini pula yang mengantarkan saya hingga ke Tanah Suci. Saya tipe orang yang selalu ingin menjelajah dunia seluas-luasnya," beber pria yang mengaku turut membantu orang tuanya menyekolahkan adik-adiknya.

Kini kesembilan adiknya sudah menjadi sarjana. fatkhurrohman sendiri kini memiliki sembilan orang anak dari dua orang isteri (selisih isteri pertama dan isteri kedua sebelas tahun) dan delapan cucu. Anaknya yang pertama bekerja sebagai PNS di pemerintah Daerah kabupaten Lombok Barat. Tiga bulan lagi, anaknya yang nomer delapan akan segera diwisuda sebagai sarjana. Sedangkan anak bungsunya kini telah kelas kelas XII (tiga SMU) dan tidak sampai setahun lagi rencananya akan masuk kuliah juga.

"Isteri saya pertama dan kedua alhamdulillah selalu rukun. Terkadang saya kirim uang dari sini kepada salah satu isteri saya, untuk diberikan kepada keduanya secara bergantian. Kadang saya kasih ke isteri pertama untuk dibagi dengan adeknya (maksudnya isteri kedua), terkadang sebaliknya," lanjut Fatkhurrahman yang mengaku rumah kedua isterinya hanya berjarak sekitar satu kilometer saja.

Kedua isterinya bahkan berdagang di satu pasar. Fatkhurrohman memberikan modal kepada keduanya untuk mencari uang sendiri, di samping jatah yang diberikannya menurut penghasilannya. Dengan begitu, menurutnya, isteri-isterinya memiliki kesibukan yang menguntungkan secara ekonomi.

"Alhamdulillah dengan demikian hampir tidak ada pengaduan yang berat yang prinsipil dari keduanya. Saya memang tidak membangunkan gedung untuk mereka. Tapi saya mencetak keluarga besar sarjana," tandasnya kepada NU Online dengan tertawa bangga. (min/Laporan langsung Syaifullah Amin dari Arab Saudi)