Depag Rangkul Pemda Bangun Madrasah Internasional
NU Online · Sabtu, 13 Desember 2008 | 12:53 WIB
Dirjen Pendidikan Islam Mohammad Ali mengungkapkan, pembangunan madrasah internasional belum sesuai rencana. Karena itu, Departemen Agama akan terus merangkul pemerintah daerah, guna mewujudkan pembangunan madrasah yang berkualitas itu.
"Rencana membangun 20 madrasah Internasional ini, harus merangkul dan bekerjasama dengan Pemda," kata Ali pada seminar kebijakan pembinaan pendidikan Agama Islam pada sekolah di kabupaten/kota di Jakarta, Jumat (12/12) malam.<>
Dengan demikian lanjut Moh Ali, baru 10 madrasah yang mulai dibangun 2007 di berbagai lokasi. "Program ini bisa jalan kalau ada kerjasama dengan Pemda," kata Ali pada seminar yang dihadiri lima bupati dan satu walikota, yaitu dari kota Mataram, kabupaten Musi Banyuasin, Kuantan Singingi, Gresik, Tanah Datar dan Indramayu.
Menurut Moh Ali, pembangunan madrasah itu membutuhkan lahan yang cukup luas, dan lahan itu disediakan oleh pemerintah daerah. Disamping itu biaya pembangunan sarana dan prasarana, kata Ali, ada yang dicover Pemda dan ada yang dibiayai Depag.
Secara fisik ciri madrasah Internasional, kata moh Ali, adalah berada dalam suatu kompleks dengan lahan cukup luas, bangunan megah dengan sarana dan prasarana yang cukup lengkap. Seperti laboratorium bahasa, IPA, sarana ibadah, perumahan guru serta asrama bagi siswa siswi.
''Dari segi programnya, karena ini berstandar internasional, maka muridnya diharapkan nanti outputnya bisa berbahasa Inggris dan berbahasa Arab.Kemudian menguasai penggunaan operasional IT, bukan sekedar komputer saja,” ujarnya.
Ciri ketiga, karena Madrasah, maka ciri khas agamanya kuat. Ciri khas Islamnya kuat. Yaitu siswa bisa membaca dan memahami Alquran dengan baik. Siswa juga mengerti tentang hukum-hukum Islam dan praktek-praktek ke-Islaman.
“Keinternasionalan yang bersifat universal lainnya, penguasaan matematika dan sain nya bisa disandingkan dengan sekolah-sekolah unggul di tingkat internasional,'' papar Mohammad Ali.
Proses pembelajarannya menurut Mohammad Ali semacam moving class. Jadi murid-muridnya yang datang ke gurunya. ''Jadi gurunya berada di lab-lab nya masing-masing. Terutama untuk mata pelajaran sains dan bahasa. Muridnya diasramakan dan satu kelas maksimal hanya untuk 24 siswa,'' ungkapnya.
Sementara itu Bupati Tanah Datar, Sumatera Barat M. Shadiq Pasadigoe mengatakan, pihaknya sangat memperhatikan masalah pendidikan agama. Karena menurut dia, pendidikan agama yang diajarkan di sekolah umum selama 2 jam per minggu dinilai masih belum cukup.
"2 jam tidak cukup, untuk itu Pemda Tanah Datar membuat terobosan seperti pesantren Ramadhan, dan Perda (peraturan daerah) tentang wajib baca tulis Alquran bagi lulusan SD dan calon pengantin," kata Shadiq. (mad)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju
2
Ketua PBNU Sebut Demo di Pati sebagai Pembangkangan Sipil, Rakyat Sudah Mengerti Politik
3
Khutbah Jumat: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para Pemimpin
4
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
5
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Wujud Syukur atas Kemerdekaan Indonesia ke-80, Meneladani Perjuangan Para Pahlawan
6
Sri Mulyani Sebut Bayar Pajak Sama Mulianya dengan Zakat dan Wakaf
Terkini
Lihat Semua