Warta

Depag Bangun Percetakan Khusus Al-Qur'an

NU Online  ·  Ahad, 5 Agustus 2007 | 06:52 WIB

Jakarta, NU Online
Departemenm Agama (Depag) membangun percetakan khusus Al-Qur'an yang pertama di Indonesia berlokasi di Yayasan Pembangunan Islam (YPI), Ciawi, Bogo, Jawa Barat.

Pembangunan tersebut diperkirakan akan menelan biaya sebesar Rp 26 miliar yang diperoleh dari APBN. “Dananya diambil dari APBN sebesar 26 miliar,” kata Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni seusai meletakan batu pertama pembangunan gedung percetakan Al-Qur'an, di ciawi Bogor, Jawa Barat, Sabtu (4/8).

Menag Maf<>tuh mengatakan, kehadiran percetakan Al-Qur'an diharapan dapat membantu umat Islam, karena selain harganya terjangkau juga dilengkapi terjemahannya. "Saya harap, nanti ada Al-Qur'an yang dicetak untuk ukuran saku. Daripada ngelamun, bisa baca Al Quran dan besar manfaatnya," ujar Maftuh.

Menag berharap, Al Quran hasil cetakan dari Ciawi itu sudah dapat terdistribusi pada akhir 2008. Awal Desember 2007 percetakan sudah beroperasi dengan produksi satu juta eksemplar per tahun. "Obsesi saya, dua tahun berikutnya, bisa dicetak Al Quran lima juta pertahun," katanya.
     
Maftuh menitip pesan kepada Ketua Yayasan Pembangunan Islam, H Slamet Anwar, sebagai penanggung jawab percetakan tersebut agar dapat mencetak ulang karya ulama besar Indonesia, seperti kitab karya Syech Yasin Minangkabaw, Syech Nawawi Bantani dan karya ulama lainnya.
    
Para ulama besar itu, menurut menteri, adalah pemikir besar yang bukunya tetap aktual untuk masa kini. Karena itu karya besar ulama tersebut jika nanti sudah dicetak akan dibagikan secara gratis kepada perpustakaan perguruan tinggi. “Karya ulama itu banyak dijadikan rujukan di universitas terkemuka, termasuk Al Azhar,” ujar Maftuh.

Menteri Agama pada kesempatan tersebut kembali menegaskan, Islam tak mengajarkan kekerasan apalagi  radikaliksme, yang bertentangan dengan nilai-nilai yang ada di tengah masyarakat. “Radikalisme dan kekerasan tak dibenarkan tumbuh di bumi Indonesi, karena ajaran demikian itu tak ada dalam Al Quran,” kata Menag.

Untuk itu, Menag menganjurkan, kepada umat Islam untuk tak sekedar memperbanyak baca Al Quran tetapi juga memahami dan mendalami kandungannya.(nam)